29 Desember 2009

Malioboro Tahun Baru 1431 H.

Mengunjungi kota budaya Yogyakarta selalu tidak membosankan seperti hari ini. Meskipun sering pergi ke kota ini seakan selalu ada hal yang baru dan menarik dan inilah hal yang menjadikan tak bosan-bosannya berkunjung ke kota pelajar ini, kota Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat.
Juga ketika liburan tahun baru Islam kemarin, yang secara kebetulan jatuh pada hari Jum'at, maka sampai Senin adalah long weekend bagi sebagian masyarakat, termasuk saya.
Tahun yang lalu liburan tahun baru Islam juga saya sempatkan untuk ke Yogja, dan saya berkesempatan menyaksikan upacara Grebeg Kraton, yang routin selalu diselenggarakan oleh keraton Jogja setiap tahun baru Hijriah dan menjadi daya tarik masyarakat Jogja khususnya dan masyarakat luar pada umumnya, namun karena lupa dan baru ingat setelah sampai di Magelang, padahal sebelumnya sampai di Jogja jam nya masih terlihat pagi dan saya teruskan untuk lihat grebeg tadi, tapi hari itu saya langsung menuju ke Magelang, dan ingat kalo ada acara itu pada siangnya ketika saya akan dolan ke Jogja....duh ruginya aku.... capek deh.


Dasar kaki tak bisa diam dan inginnya main saja kalau sudah sampai ndeso, maka hari itu saya bersama non, kakak dan keponakan-keponakan sepakat untuk melancong ke Jogyakarta dengan tujuan Malioboro, Jadilah hari itu kita berlima meluncur dan tiba di Jogja pada siang hari.
Tempat tujuan kita yang utama di Jogja adalah pertama berbelanja batik-batik di Pasar Bringharjo, Pasar tradisional ini selalu menjadi jujugan pertama bagi para pelancong yag ingin mendapatkan cinderamata dari kain-kain, khususnya kain batik, kain maupun segala baju-bajau bermotof batik udah didapatkan disini dengan corak dan harga yang variatif, tetapi menurut kami rata-rata harga disini cukup murah.

Menyusuri lorong dipasar ini terasa panas, banyak pengunjung memenuhi seluruh lorong-lorong yang ada di los pasar itu, bahkan saking banyak banyaknya pengunjung, baik yang mau beli sesuatu atau hanya sekedar melihat-lihat saja menjadikan udara terasa panas, dan itu membuat saya menolak diajak masuk kedalam, karena panas dan sudah beberapa kali disana, jadi lebih baik saya nunggu di pintu gerbang masuk pasar.
Sambil menunggu rombongan belanja di pasar, dasar lidah gatel, melihat makanan yang dijajakan persis didepan pitnu masuk pasar hati jadi tergoda.


dan dengan semangatnya aku pesan satu pincuk pecel untuk saya nikmati, sambil menunggu selesainya Non dan yang lain berbelanja

Menikmati pecel yang menggiurkan itu membuat saya lupa, tak terasa kalau Non dan yang lain sudah selesai berbelanja, dan langsung kutarik tangannya untuk segera meneruskan perjalanan menyusuri jalanan Malioboro yang lain.
Disepanjang jalan ii tak henti-hentinya saya selalu dibuat seneng dan kagum pada beberapa cinderamata yang ditawarkan, meskipun sering saya mengujungi jalan ini, tetapi selalu tak puas-puasnya saya menyempatkan membeli berbagai cinderamata yang menarik hati, khususnya t-shirt yang dijual lumayan murah.

Dan setelah beberapa saat mondar mandir kaya seterika akhirnya Non dan yang lain selesai berbelanja, tanpa menunggu lama lagi langsung aku ajak jalan menuju ke parkir kendaraan.
Dasar tangan gatal, sudah berbelanja beberapa waktu kebutuhan untuk oleh-oleh, masih saja di sepanjang jalan Non menawar sana sini untuk membeli yang lain.Tak ketinggalan saya, daripada bengong melihat ibu-ibu podo nawar barang, saya gunakan untuk memanjakan mata dengan elihat-lihat kerajinan yang bertumpuk tumpuk disana, dan salah satunya yang menarik mata saya adalah kerajinan sepeda dan becak-becak mini ini, sungguh detail mainan ini sesuai dengan aslinya, bahkan cenderung rapi dan tidak asal-asalan yang membuatnya.

Selesai berbelanja dan puas menikmati kermaian Malioboro kami sekeluarga meneruskan perjalanan untuk pulang, sebab hari itu sudah sore, saya tak ingin sampai di Magelang sudah malam, meskipun dekat tapi baiasanya jalan akan macet, khsusunya jalan masuk ke Magelangnya, jadi kami segera bergegas untuk pulang, tapi ditengah perjalanan saya ingat, kalau kita-kita ini sesdari siang belum makan siang, cuma saya aja yang sudah mencicipi pecel depan pasar tadi, jadi kami putuskan untuk mencari rumah makan dan akhirnya setalah dalam perjalanan kami mencari-cari maka sampailah kami di rumah makan ayam goreng mBok Berek.

Melihat bangunan ini, saya menduga kalau Rumah Makan ini masih baru, dan ternyata benar setyelah saya berhenti dan masuk ke halamannya, rumah makan ini baru diresmikan bulan November kemarin.
Dengan menempati halaman persis di samping jalan utama Jogja- Magelang, rumah makan ini tergolong mudah dijangkau. dan tentu sebagai rumah makan yang nJawani rumah makan ini mendekor bangunannya dengan gaya rumah desa, banguna yang penuh dengan pohon bambu dan atapnya bukan genteng.


Seperti rumah makan mBok Berek yang lain, rumah makan ini juga mengandalkan menu utamanya pada ayam goreng dan yang kami pesan adalah ayam goreng kremes dengan minum jeruk hangat, ditambah beberapa makanan yang lain sebagai pelengkap hidangan.


Makan dan minum yang saya pesan
Selesai menikmati hidangan dan merasa udah kenyang dan perut sudah tak menyanyi lagi, maka kami segera meninggalkan kota Jogja dengan perut yang sudah terisi, kenyang.....samapi di Magelang hari sudah sore dan sampai di rumah saya bergegas untuk mandi, sebab badan sudah terasa capek dan kotor, dan ingin istirahat sebentar karena malem saya sudah janjian sama keponakan-keponakan untuk jajan nasi goreng di tempat langganan kita.

Lanjut Kang......