20 November 2009

Menengok Kebesaran Majapahit

Sudah lebih dari 700 tahun peradaban Majapahit berlalu, namun kita punya keteguhan bahwa kebesarannya bukanlah sekedar sebuah memori, keunggulannya menjadi sumber inspirasi untuk menumbuhkan spirit dan mencipta karya yang bermanfaat bagi generasi sekarang.
Itulah sebait kata- kata yang tertulis dalam buku yang berjudul Mengenal Kepurbakalaan MAJAPAHIT Di daerah Trowulan.

Sungguh mengupas perjalanan sebuah kerajaan yang pernah ada di Nusantara adalah sangat menarik, apalagi kalau kitamembahas tentang sebuah kerjaan yang pernah tumbuh dan berkembang dan menjadi satu kerajaan yang besar yaitu kerajaan MAJAPAHIT, bahkan dalam sebuah catatan kerajaan Majapahit daerah kekuasaannya tersebar tidak hanya di Nusantara tetapi sampai di Asia Tenggara.
Kerajaan Majapahit sendiri didirikan oleh Raden Wijaya, beliau adalah raja pertama di Majapahit. Dan kerajaan ini awalnya berada di daerah Tarik dan karena di daerah tersebut banyak tumbuh pohon maja yang buahnya terasa pahit, maka kerajaannya dinamakan Majapahit.
Dalam perkembangannya setelah Raden Wijaya memimpin kemudian diganti oleh Kaligemet atau Raden Jayanegara, selanjutnya karena terbunuh Jayanegara diganti oleh raja Patni dan bersama dengan patihnya Gajah Mada raja Patni berhasil menegakkan kembali kewibawaan Majapahit dan walau dalam perkembangan Majapahit pernah dibagi menjadi dua, tetapi akhirnya Majapahit dapat disatukan kembali.
Itulah sekelumit sejarah kerajaan Majapahit yang bisa disampaikan, sekedar untuk mengingat kembali betapa Kerajaan Majapahit bisa menjadi kerajaan yang termasyur di pelosok Nusantara bahkan sampai di benua Asia.
Situs bekas kota kerajaan Majapahit sampai sekarangpun dapat disaksikan yaitu di daerah Trowulan yang dibangun di sebuah dataran yang merupakan ujung penghabisan dari tiga jajaran gunung yaitu, Gunung Penanggungan, Welirang dan Anjasmara.
Situs peninggalan kerajaan Majapahit ini  melalui penelitian yang panjang dan pertama kali oleh Wardenaar pada tahun 1815 dan secara terus menerus yang akhirnya sampai pada dilanjutkannya oleh Bupati Mojokerto yaitu R.A.A. Kromodjojo Adinegoro (1849-1916) dan penelitian ini tanpak intensif setelah beliau mendirikan Oudheidkundige Vereeneging Majapahit ( OVM ) dan bekerja sama dengan Ir. Henry Meclaine Pont.


R.A.A. Kromodjojo Adinegoro inilah bersama dengan Ir. Henry Meclaine Pont yang kemudian yang secara intensif mengadakan penelitian-penelitian tentang situs Trowulan ini dan kemudian kantor yang dijadikan penelitian itu dijadikan meseum yang digunakan untuk memamerkan benda-benda peninggalan Majapahit.

Pada tahun 1926 terbuka untuk umum dengan nama Museum Purbakala Trowulan bertempat di Jalan Raya Surabaya - Jombang  Km.13.
Pada tahun 1987 dipindahkan ke Gedung Baru dengan nama Balai Penyelamatan Arkeologi (BPA) dan pada tanggal 1 Januari 2007 diganti nama menjadi Pusat Informasi Majapahit.


Penelitian yang dilakukan oleh Maclaine Pont antara tahun 1921-1924 adalah dengan maksud untuk mencocokkan dengan uraian yang ada di buku Negarakertagama, dan akhirnya dihasilkan Sketsa Rekontruksi Kota Majapahit di Trowulan.
Hasil penggalian situs Trowulan menunjukkan bahwa disini tempat terakumulasinya aneka jenis benda yang biasa disebut kota ini, tidak hanya situs tempat tinggal saja, tetapi juga terdapat situs-situs yang lain, seperti situs agama, situs upacara dan lain-lain termasuk didalamnya adalah situs waduk yang saat saya kesana saya bisa menyaksikannya secara langsung.
Pelestarian yang telah dilakukan telah menghasilkan rencana induk pelestarian untuk melindungi situs yang ada di trowulan.
Berdasarkan kegiatan arkeologis yang dilakukan menunjukkan bahwa situs ini merupakan situs penting dalam dunia arkeologi di Indonesia.

Dibawah ini saya coba untuk menampilkan beberapa foto yang sempat saya ambil ketika saya jelajah di bekas kerajaan Majapahit kemarin, dan inilah hasilnya :

 SURYA MAJAPAHIT adalah suatu bentuk ciri khas Kesenian jaman ini, peninggalan ini berbentuk lingkaran yang melambangkan sinar matahari, pada bagian dalamnya terdapat relief sembilan dewa yaitu ; dewa Siwa, Iswara, Mahadewa, Wisnu, Brahma, Sambhu, Rudra, Mahesora dan Sangkara. Sedang dewa minor berada pada sinar yang memancar, yang terdiri dari dewa Indra, Agni, Yama, Nrrti, Baruna Bayu, Kuwera dan Isana. Secara fungsional Surya majapahit berada di langit-langit candi dan atau terdapat di sandaran atau bagian belakang arca (stella) dan nisan-nisan kuno dari makam Tralaya.


Arca ini merupakan penggambaran dari miniatur candi, dimana  digambarkan terdapat relief cerita Hindu, mengenai pencarian air kehidupan ( Amerta ).

Arca Wisnu naik Garuda ini menceritakan Garudaya yang menggambarkan cerita asal muasal Garuda menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Arca ini diperkirakan di temukan di relung utama percandian belahan dan diperkirakan arca ini adalah perwujudan dari Raja Airlangga, seperti dalam ceritanya bahwa Raja Airlangga setelah membagi kerajaan menjadi kerjaan Jenggala dan Panjalu beliau mengundurkan diri dan menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu. Semasa pemerintahan Airlangga, beliau telah bisa meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan dan saat Airlangga wafat beliau diwujudkan sebagai Dewa Wisnu Sang Penyelamat dan pemelihara dunia, yang sedang mengendarai burung garuda.

ARDHANARI adalah sebuag arca perlambangan persatuan dewa Ciwa dan istrinya Parwati, oleh karenanya ia diwujudkan setengah pria dan setengah wanita.

Ganesha adalah anak Dewa Siwwa dengan Dewi Perwati. Ganesha mempunyai beberapa nama antara lain; Ganapati, Vighnaraja / Sidhinata, tapi lebih populer dengan sebutan Ganesha. Dalam Mitologi Aparajita Pracca, Ganesha disebutkan mempunyai ciri-ciri : Kepala Gajah, 2 tangan dibelakang masing-masing membawa peracu  akasamala, 2 tangan depan masing-masing mebawa mangkuk dan patahan gading, belailainya menghisap mangkuk uyang melambangkan ia sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan.


Bima : adalah penggambaran putra kedua dari lima bersaudara pandu.  Dalam dunia pewayangan bima adalah satu-satunya tokoh yang dapat memperoleh Tirta Pawitra Adi.
Seperti yang telah saya tulis terdahulu bahwa, penggalian situs Trowulan yang merupakan satu-satunya situs perkotaan masa klasik Indonesia, tidak hanya hanya menemukan situs perumahan saja tetapi juga menemukan situs-situs yang lain seperti situs perekonomian, situs Religi dan kesusanteraan.
Adapun situs yang terletak dekat dengan Pusat Informasi Majapahit adalah Situs Perumahan dan Situs Segaran.

Berdasarkan informasi seperti relief candi dan miniatur rumah terakota, maka dapat diperkirakan bahwa bangunan rumah tinggal pada masa Majapahit awalnya kontruksi bangunan tersebut terbuat dari kayu ang berdiri diatas batur. Dan didalam rumah tersebut dahulunya belum terdapat pembatas ruangan, penutup atapnya genteng, namun pada masa berakhirnya kerjaan Majapahit, tempat tinggal sudah memiliki pembatas.
Selain Situs perumahan yang ditemukan di dekat Situs Trowulan, ditemukan juga situs KOLAM SEGARAN, kolam ini merupakan salah satu dari 32 waduk / kolam kuno Mojopahit yang masih dapat dilihat sampai sekarang.
Bentuk Kolam adalah empat persegi panjang berukuran 375 m dan lebar 125 m, sedang dindingnya setinggi 3,16.

Kolam segaran ini letaknya persis di depan PIM, dan pada waktu ditemukan oleh Ir. Henry MP kolam ini masih berbentuk gundukan tanah rerumputan. Menurut cerita rakyat, kolam ini dulunya digunakan sebagai tempat rekreasi dan menjamu para tamu dari luar negeri. Sementara peneliti yang lain mengatakan, bahwa fungsi kolam ini sebagai penambah kelembaban / kesejukan udara kota Majapahit.

Selain beberapa artefap artefak yang masih bisa disaksikan sebagai suatu peninggalan Kerajaan Majapahit masih terdapat beberapa peninggalan yang sampai saya sekarang belum sempat saya kunjungi antara lain ; Gapura bajangratu, Candi Tikus,  Situs Sentonorejo, makam Troloyo dan lain-lain peninggalan yang letaknya tidak jauh dari trowulan dan sekitarnya.
Saya berharap di jelajah yang akan datang saya dapat mengunjungi sebagian demi sebagian sehingga keseluruhan peninggalan Majapahit ini dapat saya saksikan semuanya.
Sungguh jelajah kali ini masih menyisakan keinginan yang harus terpenuhi dikelak kemudian hari, entah ketika saya sendiri atau dengan orang lain, ataupun ketika saya harus meluangkan waktu didalam disela-sela pekerjaan yang memang kesana kemari. Semoga.........!!!!



Lanjut Kang......

10 November 2009

Ketemu juga dengan The Gembell's

Pada bulan Februari tahun ini saya pernah menulis tentang pertemuan saya dengan beberapa personil band legendaris tahun 70 an, THE GEMBELL'S.
Pertemuan beberapa bulan yang lalu itu hanya sebuah pertemuan yang tidak disengaja, dan saat itu kami tidak bisa menyaksikan mereka menjajal kepiawaian mereka melantunkan lagu-lagu yang legendaris saat itu, selain karena mereka bertemu hanya ketemu dengan tidak sengaja, juga karena personil yang datang tidaklah utuh semua, kami saat itu hanya bertemu dengan Minto, Jaja dan Pardi Arpin jadi tidaklah semuanya saat itu bisa saya saksikan mereka berkumpul secara utuh.


foto bersam dengan cak Victor Nasution

Kesukaan saya pada The Gembell's seperti apa yang telah saya tulis di edisi yang lalu, bahwa hanya karena salah prsonilnya yang secara kebetulan adalah sahabat saya dan saya sering bertemu, maka dengan tidak sengaja dari obrolan dan ajakan Abah, membuat saya dengan secara tidak langsung mengetahui keberadaan band legendaris kota pahlawan ini, meskipun secara mengangan-angan bahwa group band ini sudah saya ketehui, jauh sebelum saya mengenal abah ini dan masih berada di kampung, di Magelang.

Seperti hari Kamis kemarin, ketika dengan tidak sengaja teman saya mengirim SMS lewat no telpon saya yang mengabarkan bahwa the Gembell's yang rencananya akan manggung bersama-sama Dewi Yul Tanggal 7 November 2009 di Balai Pemuda, malam ini akan manggung di rumah makan tempat kami pernah berkumpul dengan anggota the Gembel's yang lain, yaiotu di Makan Time, Resto Cafe di Jalan Dinoyo [ depan Univ. Petra ].
Kesempatan ini tidak saya sia-siakan, meskipun saya harus datang sendiri ke tempat itu, malam itu aku berharap bisa menyaksikan penampilan mereka secara langsung dan pertamanya bagi saya, sejak saya mengenal group band ini.

Sampai di tempat itu,saya menyaksikan terlebih dahulu home band,setelah satu lagu selesai akhirnya waktunya the Gembell's beraksi.
Saya malam itu ingin menyaksikan penampilan secara langsung membawakan lagu-lagu koleksi mereka, tatpi khususnya lagu BALADA KALIMAS yang benar-benar saya tunggu penampilannya.
Sebenarnya saya pribadi agak kecewa dengan personil Band yang bisa datang, karena saya sebelumnya telah mendapat informasi bahwa ada beberapa anggotan band yang tidak bisa datang, yaitu Minto, Jojok dan Rudi Anam,Anas Zaman entah mengapa mereka tidak bisa datang, tapi untuk abah Minto saya mendapat kabardari telepon yang saya hubungi, bahwa beliau tidak bisa hadir karena sedang ada acara yang tidak bisa ditinggalkan di Bali, dan abah berpesan agar saya bisa menikmati penampilan The Gembell's walau tidak ada saya.
Malam itu personil Gembell's yang manggung adalah : Victor Nasution, Pardi Ani, Bram dan seorang lagi yang memegang Bass, yang aku lupa namanya, dan ditambah dua personil lain yaitu penabuh drum dan pemegang organ.
Suasana resto malam itu sangat ramai, seperti biasanya ( kata temen saya ) kalau tiap hari Rabu dan Kamis, resto ini selalu ramai dikunjungi oleh para pengunjung yang rata-rata usianya diatas 40 tahun. karena pada hari itu resto melalyui home band nya akan menyajikan lagu-lagu oldiest.
Entah manggungnya The Gembell's itu diundang atau tidak, yang jelas malam itu adalah malam pertama sejak beberap tahun belakang sejak group band ini tidak pernah manggung lagi, seperti yang dikatakan oleh teman saya.
Menyaksikan penampilan mereka serasa kembali saya ingat akan jaman-jaman group band yang sangat legendaris yaitu Koes Plus, sebab hampir lagu-lagu yang dinyanyikan membawa suasana tempoe doeloe, yaitu ketika musik aliran beatles berkembang dan sangat populer pada tahun 70 an.
Pun seperti lagu-lagunya The Gembell's seperti Balada Kalimas 70, lagu yang sangat populer dan menjadin trade mark nya group band yang dikomandani oleh Victor Nasution ini, juga lagu-lagu lain yang mereka bawakan, hampir seluruhnya adalah memiliki alur yang sesuai dengan jaman waktu itu.
Malam itu mereka menampilkan 9 lagu, baik lagu sendiri maupun lagu milik orang lain, dan membuat malam itu benar-benar penonton yang hadir hanyut dalam kenangan lama, kenangan ketika group band ini memiliki nama yang tak asing lagi bagi para pengunjung saat itu.
dan inilah beberapa nomor lagu yang dibawakan :
1. Suropati Wiraguna
2. Balada Kalimas
3. Hey Dokter
4. No One..... ( milik : tele santana )
5. Bunga Lalang
6. Peristiwa Kali Lima
7. Singosari
8. Gila

Menikmati lagu-lagu milik mereka sendiri sungguh sudah menjadi obat bagi saya untuk sebuah klangenan, yang selama ini hanya mendengar saja tentang keberadaan dan kepopuleran sebuah group yang lahir di kota pahlawan itu, tapi malam itu saya bisa mendengarkan secara langsung, bahkan bisa kenal dekat dengan seorang pentolannya, Cak Victor Nasution.
Selamat untuk The Gembell's, semoga di kesempatan lain saya bisa bertemu secara uth personil-personilnya. dan Bravo Gembell's tetap jaya dan akan selalu berkarya!!!

Lanjut Kang......

3 November 2009

Benteng VREDEBURG, Kokohnya Sebuah Sejarah

Tidak dengan sengaja siang itu saya harus memasuki sebuah bangunan tua, yang konon adalah merupakan salah satu bangunan kuno peninggalan jaman kolonial.
Sungguh saya juga tidak menyangka kalau jelajah kota ke Jogyakarta ini akan bertemu dengan bangunan kuno kegemaran saya,benteng VREDEBUR, yang letaknya di ujung selatan Jl. Malioboro, karena siang itu sebenarnya saya dengan Non juga dengan Kakak sedang menikmati jajan yang disajikan dalam acara Festival Masakan Tradisional X yang diadakan tidak jauh dari tempat ini, dan inilah jelajah kota yang sempat terekam dari sebuah peninggalan sejarah.


Memasuki bangunan yang cukup megah dan terkesan kuat ini tidaklah sulit, karena hanya dengan membeli karcis seharga Rp. 750,- kita bisa masuk benteng dan menikmati seluruh isi dari bangunan bersejarah yang bersebelahan dengan monumen Serangan umum 11 Maret ini.
Saya memasuki dari pintu gerbang sebelah Barat, kalau dilihat dari uraian yang mencantumkan adanya pintu gerbang sebelah Barat apakah mungkin juga ada pintu gerbang sebelah Timur ? saya sendiri tidak mengetahuinya secara pasti, tetapi setidaknya ketika saya berusaha memasuki dan berjalan ke arah timur, saya mendapatkan bangunan yang berlantai dua dan kelihatan ada pintunya, apakah itu pintu sebelah Timur atau bukan, saya belum bisa memastikan karena keterbatasan waktu.



Pintu Gerbang Utama Barat


Memasuki benteng ini secara umum tidaklah berkesan angker atau kumuh, seperti selama ini yang sering saya dapatkan jika bangunan kuno selalu menghadirkan nuansa kuno dan angker, tapi disini saya tidaklah demikian.
Menurut catatan yang sempat saya peroleh, bahwa pintu gerbang utama sebelah barat, yaitu yang persis menghadap Jalan Malioboro ini memiliki dua lantai, antara tahun 1765 sampai dengan tahun 1830 lantai sebelah atas digunakan sebagai kantor komando. Digunakannnya lantai sebelah atas sebagai kantor komando adalah sangat mungkin karena kalau kita menaiki lantai atas, kita akan dengan bagus dan dengan leluasa memandang area sebelah dalam benteng maupun memandang arah luar benteng.
Dan ruangan yang berada dilantai bawah, baik yang ada disisi kiri maupun kanan jalan masuk, dulunya berfungsi sebagai ruang jaga, dan diperkirakan ini tidak berubah fungsi sejak dahulu maupun sampai sekarang.
Setelah memasuki pintu gerbang utama, kita akan dihadapkan pada dua bangunan yang berada di sisi Utara dan sisi Selatan, yaitu yang dinamakan Gedung Pengapit Utara I dan Gedung Pengapit Selatan I.



Gedung Pengapit Utara I

Gedung Pengapit Utara I ini diperkirakan awalnya digunakan sebagai kantor administrasi komplek benteng, dan menurut penelitian dari bentuk asli dapat dipastikan bahwa gedung ini merupakan banguna yang relatif lebih tua dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain yang ada, hal ini bisa ditunjukkan dengan gaya bangunan ini yaitu, menggunakan gaya Eropa, dan ornamen-ornamen bergaya Yunani kuno masa Renaisance, dimana bangunan atas yang berbentuk lancip, dimana bentuk lancip ini digunakan sebagai upaya untuk mengurangi beban salju di musim salju, dimana ini merupakan ciri khas dari arsitektur gaya Eropa murni.


Gedung Pengapit Selatan I

Sedang gedung Pengapit Selatan I ini berada di sisi selatan didalam komplek bangunan ini, diperkirakan bangunan ini telah mengalami pergantian fungsi, semula diperkirakan bangunan ini digunakan sebagai kantor administrasi, namun ketika dalam benteng terdapat tahanan-tahanan yang berderajad tinggi ( tawanan kraton yang berpangkat tinggi ), maka bangunan ini dimanfaatkan sebagai sel tahanan khusus, dan juga ada kemungkinan bangunan ini digunakan sebagai ruang tamu VIP, ini bisa dibuktikan dengan bentuk dan penampilan ruangannya.

Sisi lain setelah Gedung Pengapit Utara dan Gedung pengapit Selatan adalah Perumahan Perwira Utara I dan Perumahan Perwira Selatan I.

Perumahan Perwira Utara I terletak di sebelah utara dalam komplek bangunan ini, dan berdasarkan analisa bentuk dari bangunan ini, diperkirakan bangunan ini dahulunya dipergunakan sebagai tempat tinggal perwira.
Namun diperkirakan bangunan ini juga mengalami perubahan fungsi, yaitu yang tadinya sebagai kantor administrasi, hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan bentuk teras menjadi ruang depan, namun ternyata bangunan ini juga beralih fungsi ketika digunakan oleh TNI, dimana bangunan ini juga digunakan sebagai tempat tinggal prajurit dan keluarganya, mengingat dahulu kebutuhan tempat tinggal TNI cukup besar.
Perumahan Perwira Selatan I terletak berhadapan dengan Perumahan Perwira Utara I yang berjartak beberapa meter.
Bangunan ini terdiri dari :
1. Teras Depan
2. Bangunan Utama
3.Teras Belakang
Seperti Prumahan Perwira Utara I. diperkirakan bangunan ini juga berfungsi sebagai perumahan perwira.
Namun karena adanya perubahan teras depan menjadi menjadi ruang depan maka, diperkirakan perumahan ini juga digunakan untuk perumahan prajurit dan perwira yang telah berkeluarga, jadi tidak hanya untuk perumahan perwira saja dan ini diperkirakan terjadi setelah benteng ini digunakan oleh TNI.
Didalam benteng ini sebenarnya mungkin masih banyak bangunan-bangunan yang lain yang ada di dalam lokasi benteng ini, namun saya jelajah kota saya ini tidak bisa tuntas menjelajahi sebab karena terbatasnya waktu, karena saya segera menlanjutkan perjalanan untuk pulang ke Magelang, saya berharap dikesempatan yang lain saya akan mengunjungi lebih komplit dan bisa lebih seksama menikmati bangunan bersejarah ini.


Lanjut Kang......