Tampilkan postingan dengan label lingkungan kita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lingkungan kita. Tampilkan semua postingan

15 Desember 2008

Porno gak sih ?


Entah mengapa jalan pintas dari Jl. Basuki Rachmad menuju Jl. Pemuda lewat samping Mc.D itu dinamakan Gang Setan, saya sendiri tidak tahu mulai kapan jalan itu mulai dijuluki gang setan. Ah…… apa arti sebuah nama kan ?
Saya tidak ingin membahas mengapa digunakan gang setan tetapi disini saya ingin mengorek sedikit tentang apa yang terjadi di sekitar gang setan tersebut Sabtu kemarin.

Gang ini tidak bedanya dengan gang yang lain yang kita temui, hanya saja gang ini mungkin tampak lebih istimewa [ setidaknya bagi orang-orang tertentu] karena selain gang ini berada di tengah-tengah kota Surabaya, gang iti juga sejak saya mengenalnya selalu dijadikan tempat nongkrong komunitas-komunitas tertentu dan ajang peng aktulisasian sekelompok tertentu, misalnya komunitas Punk, sekelompok pelukis jalanan dan sebagainya, sehingga tempat ini selalu ada saja kelompok yang berada disana.

Selain gang ini strategis dan dekat dengan pusat perbelanjaan, gang ini juga selalu menjadi tempat untuk dijadikan ajang peng ekspresian diri dari suatu kelompok tertentu, sehingga tembok-tembok yang ada disana selalu dipenuhi dengan gambar-gambar dari komunitas tersebut, seperti misalnya yang saya lihat kemarin, tanggal 13 Desember 2008, sekelompok anak muda yang menamakan dirinya KOMUNITAS GAMBAR BUNUH DIRI hari itu menggelar pameran lukisan dan instalasi yang bertajuk PORNO GAK SIH ?
Dilihat dari judulnya saja kita sudah bisa menduga bahwa, komunitas ini hendak mensikapi dan memahami dilematika UNDANG-UNDANG ANTI PORNOGRAFI di Indonesia dengan cara mereka yaitu menggelar lukisan dan instalasi yang secara langsung mereka melukis di dinding-dinding gang setan itu.



Selain saya sempat mengabadikan beberapa lukisan yang mereka buat saya juga sempat diberi selebaran kecil yang mereka siapkan untuk dibagi-bagikan untuk masyarakat umum, dan ini saya saya salin utuh :

Pluralitas memang sudah lekat di negara kita. Begitu banyak suku bangsa yang mengusung beragam budaya, keyakinan (agama), seni, dll.
Dan menilik akhir-akhir ini dilematika UU Anti Pornografi di Indonesia memang belum menemukan titik temu yang pasti. Dilematika itu pula yang akhirnya memicu pro dan kontra seputar, berperan pentingkah UU Anti Pornografi di negara yang sangat kompleks ini dalam sudut pandang hukum, budaya dan politik.
Tidak menampik, bahwa kita semua tidak ingin negara Indonesia tergerogoti oleh kemrosotan moral akan merebaknya pornografi diberbagai media (dalam hal ini media internet mengambil peranan vital), namun kita juga harus sadar, bahwa pornografi tidak begitu saja dikelompokkan kata “pasti”. Bahwa yang porno itu seperti ini atau seperti itu. Karena bagaimanapun juga, nurani dan pemikiran dari tiap personal-lah yang berperan prnting untuk menyikapi sejauh mana media tersebut dikatan porno
Pendenifisian pornografi, mungkin sama rumitnya dengan kata cinta atau seni. Dimana bahwa orang tersebut harus bisa mengambil pilihan bijak untuk mencerna makna tersebut dalam perilaku dan tindakan. Kita ambil contoh, Cinta. Menurut kesepakatan bersama, cinta adalah saling menyanyangi (keluarga, kekasih, teman, hewan, benda, dll.). Dan menurut perlambangan tertentu, cinta digambarkan dengan gambar hati, atau pewarnaan cinta disimbolkan dengan warna merah muda. Tapi…. Apakah semudah ini memahami makna dari kata cinta sendiri, begitu juga seni.Seberapa pastikah kata seni bisa dikelompokkan dengan kalimat-kalimat tertentu, atau simbol-simbol tertentu, atau perlambang-perlambang tertentu yang dapat memisahkan kata “seni” itu sendiri.
Dan menurut hemat kami, menyikapi pornografi tidak bisa semudah membalikkan telapak tangan hanya dengan deretan-deretan kalimat undang-undang. Karena hati dan nurani yang berperan penting disana, sejauh mana hati kita untuk dapat menyikapi bahwa suatu media diklaim berbau pornografi.
Maka, dengan aksi pameran lukisan jalanan yang bertajuk “porno gak sih ?” ini, kami hanya ingin kita semua berpikir, sejauh mana kita dapat menyikapi media (gambar, kata, bunyi, gerak) untuk dikatagorikan pornografi. Mari gunakan hati nurani untuk menyikapi. Selamat berpikir.

Lanjut Kang......

12 Juni 2008

Mau menang sendiri itu, adalah ........

Trotoar pinggir jalan itu, sepanjang sepengatahuan saya dari masa kecil sampai sudah tua gini, fungsi dan kegunaannya tentu untuk pejalan kaki, bukan untuk rombong-rombong jualan, atau menggelar dagangan disana, kalau toh itu terpaksanya ada di sudut trotoar memang mereka harus menggunakan untuk mencari penghidupan, yang layak tentu halal juga.
Tapi yang saya lihat ini lain dan tak pernah saya jumpai sebelumnya dimana saja, trotoar itu memang tampak bersih dan tak nampak sedang di renovasi juga tidak terlihat sedang dibersihkan pula sepi rombong jualan disana, tapi .... di sudut trotoar itu terpasang alat yang kalau saya melihatnya itu sebagai tanda larangan untuk orang [atau mungkin binatang] lewat disana.
Saya trus berpikir, ini apa .... masak jalan yang seharusnya dipakai untuk pejalan kaki malah sengaja dilarang untuk dilewati, saya tau persis bahwa trotoar itu berada di samping restoran [cafe], pikiranku jadi jelek, jangan-2 larangan ini dipasang ditrotoar itu agar orang yang lalu lalang tidak menjadi gangguan pemandangan, untuk mereka yang sedang makan didalam restoran itu.
Ah itu mungkin pikiran jelek saya, tapi ...... kalau benar berarti ada [ dan sengaja ] kecongkakan,, mau menang sendiri, embuh dengan fungsi jalan dan aturan itu. Kalau itu yang ada dalam benak mereka, wah naibnya.
tapi ........ embuh, jaman dan orang sudah sak maunya sendiri. tapi kalian kan tidak begini kan ?

Lanjut Kang......

13 Februari 2008

Kebesaran pasar, Aku Merasakan

Pertama saya hijrah ke kota ini, yang pertama-tama menjadi tujuan saya ketika hunting sesuatu dan tempat paling favorit saat itu ada 2 yakni : Pasar Loak di Jl. Dupak dan Pasar Gembong di Jl. Gembong, dua tempat ini menjadi tujuan saya saat itu jika ingin mencari barang-barang apa saja yang diperlukan tentu dengan harga yang sangat miring, kita hanya berbekal ilmu kejelian pada barang dan tidak malu menawar, tentu akan mendapat barang dengan harga murah dan bagus.
Pasar ini sepuluh tahun yang lalu seingat saya, hanya menempati ruas Jl. Gembong, itu saja kalau pas hari-hari libur bisa dipastikan Jl. Gembong menjadi padat dan ramai, jadi hari tertentu saja jalan menjadi sedikit semrawut.
Namun belakangan, ketika saya sudah lama tak lagi rajin mengunjungi pasar ini dan melihat keadaan terakhir, sudah banyak perubahan, pasar ini tidak hanya menempati satu ruas jalan saja, tetapi sudah meluber sampai ke Jl. Kapasari, dan betul hari-hari disini jalan akan menjadi semrawut, padat dan tidak nyaman bagi pengguna jalan yang lain, trus ini akan menjadi pertanyaan besar bagi saya: mengapa bisa begini ? mungkinkah karena lapangan pekerjaan sulit didapat sehingga mereka memilih berwiraswasta dengan jualan ditempat itu atau munculnya para pedagang yang tak tertampung di sudut-2 formal maka, mereka lebih memilih berdagang dan salah satunya menempati pasar Gembong yang sudah kadung mapan itu, ....ah susah juga merunut persoalan ini.
Sekarang yang menjadi ganjalan saya, sebentar lagi pasar klangenan saya ini mulai Kamis 14 Februari 2008 mau tidak mau harus dibersihkan dengan dalih jalan sudah tidak berfungsi sebagai sarana transportasi, saya kaget bercampur kasihan tapi trus mau gimana lagi ? harapan saya kalau memang harus meniadakan pedagang dikawasan itu, ya mBok yao yang berwenang itu memberi ganti tempat yang baru, agar mereka tidak kehilangan pekerjaan dan mata pencahariannya, apa mereka juga merasakan kalau hidup ini sudah susah ya jangan ditambahi lagi susah. ah emboh wis edan tenan jaman iki !!

Lanjut Kang......