29 Desember 2009

Malioboro Tahun Baru 1431 H.

Mengunjungi kota budaya Yogyakarta selalu tidak membosankan seperti hari ini. Meskipun sering pergi ke kota ini seakan selalu ada hal yang baru dan menarik dan inilah hal yang menjadikan tak bosan-bosannya berkunjung ke kota pelajar ini, kota Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat.
Juga ketika liburan tahun baru Islam kemarin, yang secara kebetulan jatuh pada hari Jum'at, maka sampai Senin adalah long weekend bagi sebagian masyarakat, termasuk saya.
Tahun yang lalu liburan tahun baru Islam juga saya sempatkan untuk ke Yogja, dan saya berkesempatan menyaksikan upacara Grebeg Kraton, yang routin selalu diselenggarakan oleh keraton Jogja setiap tahun baru Hijriah dan menjadi daya tarik masyarakat Jogja khususnya dan masyarakat luar pada umumnya, namun karena lupa dan baru ingat setelah sampai di Magelang, padahal sebelumnya sampai di Jogja jam nya masih terlihat pagi dan saya teruskan untuk lihat grebeg tadi, tapi hari itu saya langsung menuju ke Magelang, dan ingat kalo ada acara itu pada siangnya ketika saya akan dolan ke Jogja....duh ruginya aku.... capek deh.


Dasar kaki tak bisa diam dan inginnya main saja kalau sudah sampai ndeso, maka hari itu saya bersama non, kakak dan keponakan-keponakan sepakat untuk melancong ke Jogyakarta dengan tujuan Malioboro, Jadilah hari itu kita berlima meluncur dan tiba di Jogja pada siang hari.
Tempat tujuan kita yang utama di Jogja adalah pertama berbelanja batik-batik di Pasar Bringharjo, Pasar tradisional ini selalu menjadi jujugan pertama bagi para pelancong yag ingin mendapatkan cinderamata dari kain-kain, khususnya kain batik, kain maupun segala baju-bajau bermotof batik udah didapatkan disini dengan corak dan harga yang variatif, tetapi menurut kami rata-rata harga disini cukup murah.

Menyusuri lorong dipasar ini terasa panas, banyak pengunjung memenuhi seluruh lorong-lorong yang ada di los pasar itu, bahkan saking banyak banyaknya pengunjung, baik yang mau beli sesuatu atau hanya sekedar melihat-lihat saja menjadikan udara terasa panas, dan itu membuat saya menolak diajak masuk kedalam, karena panas dan sudah beberapa kali disana, jadi lebih baik saya nunggu di pintu gerbang masuk pasar.
Sambil menunggu rombongan belanja di pasar, dasar lidah gatel, melihat makanan yang dijajakan persis didepan pitnu masuk pasar hati jadi tergoda.


dan dengan semangatnya aku pesan satu pincuk pecel untuk saya nikmati, sambil menunggu selesainya Non dan yang lain berbelanja

Menikmati pecel yang menggiurkan itu membuat saya lupa, tak terasa kalau Non dan yang lain sudah selesai berbelanja, dan langsung kutarik tangannya untuk segera meneruskan perjalanan menyusuri jalanan Malioboro yang lain.
Disepanjang jalan ii tak henti-hentinya saya selalu dibuat seneng dan kagum pada beberapa cinderamata yang ditawarkan, meskipun sering saya mengujungi jalan ini, tetapi selalu tak puas-puasnya saya menyempatkan membeli berbagai cinderamata yang menarik hati, khususnya t-shirt yang dijual lumayan murah.

Dan setelah beberapa saat mondar mandir kaya seterika akhirnya Non dan yang lain selesai berbelanja, tanpa menunggu lama lagi langsung aku ajak jalan menuju ke parkir kendaraan.
Dasar tangan gatal, sudah berbelanja beberapa waktu kebutuhan untuk oleh-oleh, masih saja di sepanjang jalan Non menawar sana sini untuk membeli yang lain.Tak ketinggalan saya, daripada bengong melihat ibu-ibu podo nawar barang, saya gunakan untuk memanjakan mata dengan elihat-lihat kerajinan yang bertumpuk tumpuk disana, dan salah satunya yang menarik mata saya adalah kerajinan sepeda dan becak-becak mini ini, sungguh detail mainan ini sesuai dengan aslinya, bahkan cenderung rapi dan tidak asal-asalan yang membuatnya.

Selesai berbelanja dan puas menikmati kermaian Malioboro kami sekeluarga meneruskan perjalanan untuk pulang, sebab hari itu sudah sore, saya tak ingin sampai di Magelang sudah malam, meskipun dekat tapi baiasanya jalan akan macet, khsusunya jalan masuk ke Magelangnya, jadi kami segera bergegas untuk pulang, tapi ditengah perjalanan saya ingat, kalau kita-kita ini sesdari siang belum makan siang, cuma saya aja yang sudah mencicipi pecel depan pasar tadi, jadi kami putuskan untuk mencari rumah makan dan akhirnya setalah dalam perjalanan kami mencari-cari maka sampailah kami di rumah makan ayam goreng mBok Berek.

Melihat bangunan ini, saya menduga kalau Rumah Makan ini masih baru, dan ternyata benar setyelah saya berhenti dan masuk ke halamannya, rumah makan ini baru diresmikan bulan November kemarin.
Dengan menempati halaman persis di samping jalan utama Jogja- Magelang, rumah makan ini tergolong mudah dijangkau. dan tentu sebagai rumah makan yang nJawani rumah makan ini mendekor bangunannya dengan gaya rumah desa, banguna yang penuh dengan pohon bambu dan atapnya bukan genteng.


Seperti rumah makan mBok Berek yang lain, rumah makan ini juga mengandalkan menu utamanya pada ayam goreng dan yang kami pesan adalah ayam goreng kremes dengan minum jeruk hangat, ditambah beberapa makanan yang lain sebagai pelengkap hidangan.


Makan dan minum yang saya pesan
Selesai menikmati hidangan dan merasa udah kenyang dan perut sudah tak menyanyi lagi, maka kami segera meninggalkan kota Jogja dengan perut yang sudah terisi, kenyang.....samapi di Magelang hari sudah sore dan sampai di rumah saya bergegas untuk mandi, sebab badan sudah terasa capek dan kotor, dan ingin istirahat sebentar karena malem saya sudah janjian sama keponakan-keponakan untuk jajan nasi goreng di tempat langganan kita.

Lanjut Kang......

20 November 2009

Menengok Kebesaran Majapahit

Sudah lebih dari 700 tahun peradaban Majapahit berlalu, namun kita punya keteguhan bahwa kebesarannya bukanlah sekedar sebuah memori, keunggulannya menjadi sumber inspirasi untuk menumbuhkan spirit dan mencipta karya yang bermanfaat bagi generasi sekarang.
Itulah sebait kata- kata yang tertulis dalam buku yang berjudul Mengenal Kepurbakalaan MAJAPAHIT Di daerah Trowulan.

Sungguh mengupas perjalanan sebuah kerajaan yang pernah ada di Nusantara adalah sangat menarik, apalagi kalau kitamembahas tentang sebuah kerjaan yang pernah tumbuh dan berkembang dan menjadi satu kerajaan yang besar yaitu kerajaan MAJAPAHIT, bahkan dalam sebuah catatan kerajaan Majapahit daerah kekuasaannya tersebar tidak hanya di Nusantara tetapi sampai di Asia Tenggara.
Kerajaan Majapahit sendiri didirikan oleh Raden Wijaya, beliau adalah raja pertama di Majapahit. Dan kerajaan ini awalnya berada di daerah Tarik dan karena di daerah tersebut banyak tumbuh pohon maja yang buahnya terasa pahit, maka kerajaannya dinamakan Majapahit.
Dalam perkembangannya setelah Raden Wijaya memimpin kemudian diganti oleh Kaligemet atau Raden Jayanegara, selanjutnya karena terbunuh Jayanegara diganti oleh raja Patni dan bersama dengan patihnya Gajah Mada raja Patni berhasil menegakkan kembali kewibawaan Majapahit dan walau dalam perkembangan Majapahit pernah dibagi menjadi dua, tetapi akhirnya Majapahit dapat disatukan kembali.
Itulah sekelumit sejarah kerajaan Majapahit yang bisa disampaikan, sekedar untuk mengingat kembali betapa Kerajaan Majapahit bisa menjadi kerajaan yang termasyur di pelosok Nusantara bahkan sampai di benua Asia.
Situs bekas kota kerajaan Majapahit sampai sekarangpun dapat disaksikan yaitu di daerah Trowulan yang dibangun di sebuah dataran yang merupakan ujung penghabisan dari tiga jajaran gunung yaitu, Gunung Penanggungan, Welirang dan Anjasmara.
Situs peninggalan kerajaan Majapahit ini  melalui penelitian yang panjang dan pertama kali oleh Wardenaar pada tahun 1815 dan secara terus menerus yang akhirnya sampai pada dilanjutkannya oleh Bupati Mojokerto yaitu R.A.A. Kromodjojo Adinegoro (1849-1916) dan penelitian ini tanpak intensif setelah beliau mendirikan Oudheidkundige Vereeneging Majapahit ( OVM ) dan bekerja sama dengan Ir. Henry Meclaine Pont.


R.A.A. Kromodjojo Adinegoro inilah bersama dengan Ir. Henry Meclaine Pont yang kemudian yang secara intensif mengadakan penelitian-penelitian tentang situs Trowulan ini dan kemudian kantor yang dijadikan penelitian itu dijadikan meseum yang digunakan untuk memamerkan benda-benda peninggalan Majapahit.

Pada tahun 1926 terbuka untuk umum dengan nama Museum Purbakala Trowulan bertempat di Jalan Raya Surabaya - Jombang  Km.13.
Pada tahun 1987 dipindahkan ke Gedung Baru dengan nama Balai Penyelamatan Arkeologi (BPA) dan pada tanggal 1 Januari 2007 diganti nama menjadi Pusat Informasi Majapahit.


Penelitian yang dilakukan oleh Maclaine Pont antara tahun 1921-1924 adalah dengan maksud untuk mencocokkan dengan uraian yang ada di buku Negarakertagama, dan akhirnya dihasilkan Sketsa Rekontruksi Kota Majapahit di Trowulan.
Hasil penggalian situs Trowulan menunjukkan bahwa disini tempat terakumulasinya aneka jenis benda yang biasa disebut kota ini, tidak hanya situs tempat tinggal saja, tetapi juga terdapat situs-situs yang lain, seperti situs agama, situs upacara dan lain-lain termasuk didalamnya adalah situs waduk yang saat saya kesana saya bisa menyaksikannya secara langsung.
Pelestarian yang telah dilakukan telah menghasilkan rencana induk pelestarian untuk melindungi situs yang ada di trowulan.
Berdasarkan kegiatan arkeologis yang dilakukan menunjukkan bahwa situs ini merupakan situs penting dalam dunia arkeologi di Indonesia.

Dibawah ini saya coba untuk menampilkan beberapa foto yang sempat saya ambil ketika saya jelajah di bekas kerajaan Majapahit kemarin, dan inilah hasilnya :

 SURYA MAJAPAHIT adalah suatu bentuk ciri khas Kesenian jaman ini, peninggalan ini berbentuk lingkaran yang melambangkan sinar matahari, pada bagian dalamnya terdapat relief sembilan dewa yaitu ; dewa Siwa, Iswara, Mahadewa, Wisnu, Brahma, Sambhu, Rudra, Mahesora dan Sangkara. Sedang dewa minor berada pada sinar yang memancar, yang terdiri dari dewa Indra, Agni, Yama, Nrrti, Baruna Bayu, Kuwera dan Isana. Secara fungsional Surya majapahit berada di langit-langit candi dan atau terdapat di sandaran atau bagian belakang arca (stella) dan nisan-nisan kuno dari makam Tralaya.


Arca ini merupakan penggambaran dari miniatur candi, dimana  digambarkan terdapat relief cerita Hindu, mengenai pencarian air kehidupan ( Amerta ).

Arca Wisnu naik Garuda ini menceritakan Garudaya yang menggambarkan cerita asal muasal Garuda menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Arca ini diperkirakan di temukan di relung utama percandian belahan dan diperkirakan arca ini adalah perwujudan dari Raja Airlangga, seperti dalam ceritanya bahwa Raja Airlangga setelah membagi kerajaan menjadi kerjaan Jenggala dan Panjalu beliau mengundurkan diri dan menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu. Semasa pemerintahan Airlangga, beliau telah bisa meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan dan saat Airlangga wafat beliau diwujudkan sebagai Dewa Wisnu Sang Penyelamat dan pemelihara dunia, yang sedang mengendarai burung garuda.

ARDHANARI adalah sebuag arca perlambangan persatuan dewa Ciwa dan istrinya Parwati, oleh karenanya ia diwujudkan setengah pria dan setengah wanita.

Ganesha adalah anak Dewa Siwwa dengan Dewi Perwati. Ganesha mempunyai beberapa nama antara lain; Ganapati, Vighnaraja / Sidhinata, tapi lebih populer dengan sebutan Ganesha. Dalam Mitologi Aparajita Pracca, Ganesha disebutkan mempunyai ciri-ciri : Kepala Gajah, 2 tangan dibelakang masing-masing membawa peracu  akasamala, 2 tangan depan masing-masing mebawa mangkuk dan patahan gading, belailainya menghisap mangkuk uyang melambangkan ia sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan.


Bima : adalah penggambaran putra kedua dari lima bersaudara pandu.  Dalam dunia pewayangan bima adalah satu-satunya tokoh yang dapat memperoleh Tirta Pawitra Adi.
Seperti yang telah saya tulis terdahulu bahwa, penggalian situs Trowulan yang merupakan satu-satunya situs perkotaan masa klasik Indonesia, tidak hanya hanya menemukan situs perumahan saja tetapi juga menemukan situs-situs yang lain seperti situs perekonomian, situs Religi dan kesusanteraan.
Adapun situs yang terletak dekat dengan Pusat Informasi Majapahit adalah Situs Perumahan dan Situs Segaran.

Berdasarkan informasi seperti relief candi dan miniatur rumah terakota, maka dapat diperkirakan bahwa bangunan rumah tinggal pada masa Majapahit awalnya kontruksi bangunan tersebut terbuat dari kayu ang berdiri diatas batur. Dan didalam rumah tersebut dahulunya belum terdapat pembatas ruangan, penutup atapnya genteng, namun pada masa berakhirnya kerjaan Majapahit, tempat tinggal sudah memiliki pembatas.
Selain Situs perumahan yang ditemukan di dekat Situs Trowulan, ditemukan juga situs KOLAM SEGARAN, kolam ini merupakan salah satu dari 32 waduk / kolam kuno Mojopahit yang masih dapat dilihat sampai sekarang.
Bentuk Kolam adalah empat persegi panjang berukuran 375 m dan lebar 125 m, sedang dindingnya setinggi 3,16.

Kolam segaran ini letaknya persis di depan PIM, dan pada waktu ditemukan oleh Ir. Henry MP kolam ini masih berbentuk gundukan tanah rerumputan. Menurut cerita rakyat, kolam ini dulunya digunakan sebagai tempat rekreasi dan menjamu para tamu dari luar negeri. Sementara peneliti yang lain mengatakan, bahwa fungsi kolam ini sebagai penambah kelembaban / kesejukan udara kota Majapahit.

Selain beberapa artefap artefak yang masih bisa disaksikan sebagai suatu peninggalan Kerajaan Majapahit masih terdapat beberapa peninggalan yang sampai saya sekarang belum sempat saya kunjungi antara lain ; Gapura bajangratu, Candi Tikus,  Situs Sentonorejo, makam Troloyo dan lain-lain peninggalan yang letaknya tidak jauh dari trowulan dan sekitarnya.
Saya berharap di jelajah yang akan datang saya dapat mengunjungi sebagian demi sebagian sehingga keseluruhan peninggalan Majapahit ini dapat saya saksikan semuanya.
Sungguh jelajah kali ini masih menyisakan keinginan yang harus terpenuhi dikelak kemudian hari, entah ketika saya sendiri atau dengan orang lain, ataupun ketika saya harus meluangkan waktu didalam disela-sela pekerjaan yang memang kesana kemari. Semoga.........!!!!



Lanjut Kang......

10 November 2009

Ketemu juga dengan The Gembell's

Pada bulan Februari tahun ini saya pernah menulis tentang pertemuan saya dengan beberapa personil band legendaris tahun 70 an, THE GEMBELL'S.
Pertemuan beberapa bulan yang lalu itu hanya sebuah pertemuan yang tidak disengaja, dan saat itu kami tidak bisa menyaksikan mereka menjajal kepiawaian mereka melantunkan lagu-lagu yang legendaris saat itu, selain karena mereka bertemu hanya ketemu dengan tidak sengaja, juga karena personil yang datang tidaklah utuh semua, kami saat itu hanya bertemu dengan Minto, Jaja dan Pardi Arpin jadi tidaklah semuanya saat itu bisa saya saksikan mereka berkumpul secara utuh.


foto bersam dengan cak Victor Nasution

Kesukaan saya pada The Gembell's seperti apa yang telah saya tulis di edisi yang lalu, bahwa hanya karena salah prsonilnya yang secara kebetulan adalah sahabat saya dan saya sering bertemu, maka dengan tidak sengaja dari obrolan dan ajakan Abah, membuat saya dengan secara tidak langsung mengetahui keberadaan band legendaris kota pahlawan ini, meskipun secara mengangan-angan bahwa group band ini sudah saya ketehui, jauh sebelum saya mengenal abah ini dan masih berada di kampung, di Magelang.

Seperti hari Kamis kemarin, ketika dengan tidak sengaja teman saya mengirim SMS lewat no telpon saya yang mengabarkan bahwa the Gembell's yang rencananya akan manggung bersama-sama Dewi Yul Tanggal 7 November 2009 di Balai Pemuda, malam ini akan manggung di rumah makan tempat kami pernah berkumpul dengan anggota the Gembel's yang lain, yaiotu di Makan Time, Resto Cafe di Jalan Dinoyo [ depan Univ. Petra ].
Kesempatan ini tidak saya sia-siakan, meskipun saya harus datang sendiri ke tempat itu, malam itu aku berharap bisa menyaksikan penampilan mereka secara langsung dan pertamanya bagi saya, sejak saya mengenal group band ini.

Sampai di tempat itu,saya menyaksikan terlebih dahulu home band,setelah satu lagu selesai akhirnya waktunya the Gembell's beraksi.
Saya malam itu ingin menyaksikan penampilan secara langsung membawakan lagu-lagu koleksi mereka, tatpi khususnya lagu BALADA KALIMAS yang benar-benar saya tunggu penampilannya.
Sebenarnya saya pribadi agak kecewa dengan personil Band yang bisa datang, karena saya sebelumnya telah mendapat informasi bahwa ada beberapa anggotan band yang tidak bisa datang, yaitu Minto, Jojok dan Rudi Anam,Anas Zaman entah mengapa mereka tidak bisa datang, tapi untuk abah Minto saya mendapat kabardari telepon yang saya hubungi, bahwa beliau tidak bisa hadir karena sedang ada acara yang tidak bisa ditinggalkan di Bali, dan abah berpesan agar saya bisa menikmati penampilan The Gembell's walau tidak ada saya.
Malam itu personil Gembell's yang manggung adalah : Victor Nasution, Pardi Ani, Bram dan seorang lagi yang memegang Bass, yang aku lupa namanya, dan ditambah dua personil lain yaitu penabuh drum dan pemegang organ.
Suasana resto malam itu sangat ramai, seperti biasanya ( kata temen saya ) kalau tiap hari Rabu dan Kamis, resto ini selalu ramai dikunjungi oleh para pengunjung yang rata-rata usianya diatas 40 tahun. karena pada hari itu resto melalyui home band nya akan menyajikan lagu-lagu oldiest.
Entah manggungnya The Gembell's itu diundang atau tidak, yang jelas malam itu adalah malam pertama sejak beberap tahun belakang sejak group band ini tidak pernah manggung lagi, seperti yang dikatakan oleh teman saya.
Menyaksikan penampilan mereka serasa kembali saya ingat akan jaman-jaman group band yang sangat legendaris yaitu Koes Plus, sebab hampir lagu-lagu yang dinyanyikan membawa suasana tempoe doeloe, yaitu ketika musik aliran beatles berkembang dan sangat populer pada tahun 70 an.
Pun seperti lagu-lagunya The Gembell's seperti Balada Kalimas 70, lagu yang sangat populer dan menjadin trade mark nya group band yang dikomandani oleh Victor Nasution ini, juga lagu-lagu lain yang mereka bawakan, hampir seluruhnya adalah memiliki alur yang sesuai dengan jaman waktu itu.
Malam itu mereka menampilkan 9 lagu, baik lagu sendiri maupun lagu milik orang lain, dan membuat malam itu benar-benar penonton yang hadir hanyut dalam kenangan lama, kenangan ketika group band ini memiliki nama yang tak asing lagi bagi para pengunjung saat itu.
dan inilah beberapa nomor lagu yang dibawakan :
1. Suropati Wiraguna
2. Balada Kalimas
3. Hey Dokter
4. No One..... ( milik : tele santana )
5. Bunga Lalang
6. Peristiwa Kali Lima
7. Singosari
8. Gila

Menikmati lagu-lagu milik mereka sendiri sungguh sudah menjadi obat bagi saya untuk sebuah klangenan, yang selama ini hanya mendengar saja tentang keberadaan dan kepopuleran sebuah group yang lahir di kota pahlawan itu, tapi malam itu saya bisa mendengarkan secara langsung, bahkan bisa kenal dekat dengan seorang pentolannya, Cak Victor Nasution.
Selamat untuk The Gembell's, semoga di kesempatan lain saya bisa bertemu secara uth personil-personilnya. dan Bravo Gembell's tetap jaya dan akan selalu berkarya!!!

Lanjut Kang......

3 November 2009

Benteng VREDEBURG, Kokohnya Sebuah Sejarah

Tidak dengan sengaja siang itu saya harus memasuki sebuah bangunan tua, yang konon adalah merupakan salah satu bangunan kuno peninggalan jaman kolonial.
Sungguh saya juga tidak menyangka kalau jelajah kota ke Jogyakarta ini akan bertemu dengan bangunan kuno kegemaran saya,benteng VREDEBUR, yang letaknya di ujung selatan Jl. Malioboro, karena siang itu sebenarnya saya dengan Non juga dengan Kakak sedang menikmati jajan yang disajikan dalam acara Festival Masakan Tradisional X yang diadakan tidak jauh dari tempat ini, dan inilah jelajah kota yang sempat terekam dari sebuah peninggalan sejarah.


Memasuki bangunan yang cukup megah dan terkesan kuat ini tidaklah sulit, karena hanya dengan membeli karcis seharga Rp. 750,- kita bisa masuk benteng dan menikmati seluruh isi dari bangunan bersejarah yang bersebelahan dengan monumen Serangan umum 11 Maret ini.
Saya memasuki dari pintu gerbang sebelah Barat, kalau dilihat dari uraian yang mencantumkan adanya pintu gerbang sebelah Barat apakah mungkin juga ada pintu gerbang sebelah Timur ? saya sendiri tidak mengetahuinya secara pasti, tetapi setidaknya ketika saya berusaha memasuki dan berjalan ke arah timur, saya mendapatkan bangunan yang berlantai dua dan kelihatan ada pintunya, apakah itu pintu sebelah Timur atau bukan, saya belum bisa memastikan karena keterbatasan waktu.



Pintu Gerbang Utama Barat


Memasuki benteng ini secara umum tidaklah berkesan angker atau kumuh, seperti selama ini yang sering saya dapatkan jika bangunan kuno selalu menghadirkan nuansa kuno dan angker, tapi disini saya tidaklah demikian.
Menurut catatan yang sempat saya peroleh, bahwa pintu gerbang utama sebelah barat, yaitu yang persis menghadap Jalan Malioboro ini memiliki dua lantai, antara tahun 1765 sampai dengan tahun 1830 lantai sebelah atas digunakan sebagai kantor komando. Digunakannnya lantai sebelah atas sebagai kantor komando adalah sangat mungkin karena kalau kita menaiki lantai atas, kita akan dengan bagus dan dengan leluasa memandang area sebelah dalam benteng maupun memandang arah luar benteng.
Dan ruangan yang berada dilantai bawah, baik yang ada disisi kiri maupun kanan jalan masuk, dulunya berfungsi sebagai ruang jaga, dan diperkirakan ini tidak berubah fungsi sejak dahulu maupun sampai sekarang.
Setelah memasuki pintu gerbang utama, kita akan dihadapkan pada dua bangunan yang berada di sisi Utara dan sisi Selatan, yaitu yang dinamakan Gedung Pengapit Utara I dan Gedung Pengapit Selatan I.



Gedung Pengapit Utara I

Gedung Pengapit Utara I ini diperkirakan awalnya digunakan sebagai kantor administrasi komplek benteng, dan menurut penelitian dari bentuk asli dapat dipastikan bahwa gedung ini merupakan banguna yang relatif lebih tua dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain yang ada, hal ini bisa ditunjukkan dengan gaya bangunan ini yaitu, menggunakan gaya Eropa, dan ornamen-ornamen bergaya Yunani kuno masa Renaisance, dimana bangunan atas yang berbentuk lancip, dimana bentuk lancip ini digunakan sebagai upaya untuk mengurangi beban salju di musim salju, dimana ini merupakan ciri khas dari arsitektur gaya Eropa murni.


Gedung Pengapit Selatan I

Sedang gedung Pengapit Selatan I ini berada di sisi selatan didalam komplek bangunan ini, diperkirakan bangunan ini telah mengalami pergantian fungsi, semula diperkirakan bangunan ini digunakan sebagai kantor administrasi, namun ketika dalam benteng terdapat tahanan-tahanan yang berderajad tinggi ( tawanan kraton yang berpangkat tinggi ), maka bangunan ini dimanfaatkan sebagai sel tahanan khusus, dan juga ada kemungkinan bangunan ini digunakan sebagai ruang tamu VIP, ini bisa dibuktikan dengan bentuk dan penampilan ruangannya.

Sisi lain setelah Gedung Pengapit Utara dan Gedung pengapit Selatan adalah Perumahan Perwira Utara I dan Perumahan Perwira Selatan I.

Perumahan Perwira Utara I terletak di sebelah utara dalam komplek bangunan ini, dan berdasarkan analisa bentuk dari bangunan ini, diperkirakan bangunan ini dahulunya dipergunakan sebagai tempat tinggal perwira.
Namun diperkirakan bangunan ini juga mengalami perubahan fungsi, yaitu yang tadinya sebagai kantor administrasi, hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan bentuk teras menjadi ruang depan, namun ternyata bangunan ini juga beralih fungsi ketika digunakan oleh TNI, dimana bangunan ini juga digunakan sebagai tempat tinggal prajurit dan keluarganya, mengingat dahulu kebutuhan tempat tinggal TNI cukup besar.
Perumahan Perwira Selatan I terletak berhadapan dengan Perumahan Perwira Utara I yang berjartak beberapa meter.
Bangunan ini terdiri dari :
1. Teras Depan
2. Bangunan Utama
3.Teras Belakang
Seperti Prumahan Perwira Utara I. diperkirakan bangunan ini juga berfungsi sebagai perumahan perwira.
Namun karena adanya perubahan teras depan menjadi menjadi ruang depan maka, diperkirakan perumahan ini juga digunakan untuk perumahan prajurit dan perwira yang telah berkeluarga, jadi tidak hanya untuk perumahan perwira saja dan ini diperkirakan terjadi setelah benteng ini digunakan oleh TNI.
Didalam benteng ini sebenarnya mungkin masih banyak bangunan-bangunan yang lain yang ada di dalam lokasi benteng ini, namun saya jelajah kota saya ini tidak bisa tuntas menjelajahi sebab karena terbatasnya waktu, karena saya segera menlanjutkan perjalanan untuk pulang ke Magelang, saya berharap dikesempatan yang lain saya akan mengunjungi lebih komplit dan bisa lebih seksama menikmati bangunan bersejarah ini.


Lanjut Kang......

26 Oktober 2009

Kuno dalam citra kemolekan

Sebuah bangunan atau peninggalan cagar budaya, apalagi bengunan dan peninggalan tersebut masih difungsikan sebagaimana layaknya bangunan-bangunan yang tumbuh pada jaman sekarang adalah, sebuah tindakan yang patut menjadi kebanggaan dan tauladan masyarakat.Seharusnyalah bangunan-bangunan tua ini dilestarikan dan salah satunya bisa dengan difungsikan kembali bangunan tersebut, dengan demikian dipakainya bangunan cagar budaya akan dengan sendirinya juga akan merawat bangunan yang difungsikan tersebut.




Seperti bangunan peninggalan jaman kolonial, Belanda yang aku ambil gambarnya diatas, Bangunan ini jelas peninggalan sejarah yang patut dilestarikan, dan contoh seperti inilah yang mungkin bisa kita jadikan acuan bagi pemerintah dalam rangka menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan jaman dahulu, sebab dalam pikiran saya apabila, pemerintah mengharuskan bangunan-bangunan yang layak di fungsikan untuk kemudian menjadikannya sebuah bangunan yang memiliki fungsinya dan secara otomatis akan merawat keberadaan banguna bersejarah itu.
Bangunan diatas salah satu dari beberapa bangunan kuno yang masih dapat difungsikan keberadaannya.Bangunan tersebut kini telah difungsikan sebagai kantor sebuah bank swasta yang ada di Surabaya.
Melihat keadaan sekarang dimana bangunan ini selain menyimpan sejarah tersendiri dan merupakan bangunan cagar budaya tampak terawat dan mesih menyisakan sebuah keelokan sebuah bangunan kuno maka dengan sendirinya akan memiliki rasa kebanggaan.
Sungguh secara pribadi, saya ingin bangunan cagar budaya yang masih tersisa dan masih bisa difungsikan, dapatnya di rawat seperti yang saya sebutkan diatas.
Apakah saudara-saudara juga bangga pada bangunan cagar budaya yang telah difungsikan kembali dan menambah cantiknya sebuah kota pahlawan ?

Lanjut Kang......

23 Oktober 2009

Menyusuri Surabaya Lama di Sisi Lain.

Siang di saat Surabaya terasa panas menyengat, saat itu pulalah saya dengan bulat hati ingin menyesuri Surabaya lama di sudut-sudut yang lain.
Saya ketika itu masih ingat, ketika jelajah kota lama beberapa bulan yang lalu, kitra mendapat informasi bahwa untuk bebrapa bangunan cagar budaya yang ada selain di daerah tengah juga, terdapat di daerah sebelah timur jembatan merah, seperti Jl. Kembang Jepun, dan lain-lain.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, meskipun panas menyengat saya mencoba melihat beberapa peninggalan bangunan yang belum sempat saya abadikan dalam foto saya, dan tentu pengambilan obyek ini diambil secara acak dan inilah hasilnya :


Jelajah siang ini aku awali dengan menuju ke daerah yang menurut hemat saya, kawasan ini dipenuhi dengan bangunan-bangunan kuno yang sebagian masih difungsikan keberadaanya dan sebagian lagi sudah tidak difungsikan dan dibiarkan terpuruk begitu saja, bahkan terkesan kumuh, padahal gedung dan bangunan inilah dulunya merupakan bangunan yang berfungsi sebagai kantor atau untuk keperluan yang lain yang kini merupakan saksi sejarah yang perlu sekali di lestarikan.

Sejak menginjakkan kaki di daerah ini Jl. Karet kami sudah mersakan nuansa roda perekonomian, sebab ternyata di daerah yang kelihatannya tidak begitu lebar namun cukup sibuk dengan bisnis yang ada disana, hal inilah tidak mengherankan karema memang di daerah sinilah dahulu pada jaman Hidia belanda, daerah ini dijadikan pusat perekonomian yang kedua, setelah daerah perekonomian yang pertama, yaitu di daerah sebelah barat Jembatan Merah.
Di ujung jalan inilah saya langsung disuguhi bangunan yang menurut saya adalah bangunan kuno dan sampai saat ini masih difungsikan, yaitu gedung yang bentuk mukanya dihiasi dengan bentuk kubah yang berada di atap.



Bangunan kuno ini selain selain memiliki kubah lingkaran yang cukup besarnya, bangunan ini seperti bangunan-bangunan yang lain yang ber arsitek Kolonial Tropis, selalu menampakkan pilar-pilar yang berdiri kokoh di depan.

Selesai menikmati bangunan yang pertama , jelajah saya lanjutkan menyusuri arah selatan, tidak jauh dari yang pertama, saya menemukan kembali cagar budaya yang lain dan masih juga difungsikan keberadaanya, yaitu PT. Bentoel / Perkantoran yang berada di Jl. Karet no. 46.


Gedung PT. Bentoel Perkantoran Jl. Karet 46, Surabaya

Karena masih difungsikan maka bangunan ini masih terlihat terawat dan bersih, dan sangat kontras dengan bangunan yang beredekatan dengan bangunan ini.


Bangunan lain yang nampaknya juga sudah tua

Tidak jauh dari kedua bangunan diatas, disebelahnyapun kami menemukan bangunan Cagar Budaya yang lain yang tak kalah menariknya, yaitu bangunan yang digunakan sebagai kantor Koperasi Bank Pasar Niaga Rakyat dan juga digunakan sebagai tempat tinggal (rumah tangga ) yang terletak di Jl. Karet No. 88.
Sekelebat bangunan ini sebenarnya masih berdiri kokoh, dan kuat tapi karena di depannya di sebagian atapnya ditutupi oleh seng, maka kami tidak bisa melihat secara keseluruhan bentuk depan bangunan ini.


Kantor Koperasi Bank Pasar Niaga Rakyat

Setelah kami sampai pada pojok jalan Karet, saya coba untuk menyusuri jalan Kembang Jepun, Seperti sudah diketahui, jalan Kembang Jepun inipun dulunya juga merupakan kawasan perekonomian yang ramai di sisi sebelah timur, dan di kawasan ini saya menemukan saatu cagar buudaya yang lain yaitu gedung yang dahulu bernama ASAHI (kantor) tapi sekarang gedung ini sudah berfungsi sebagai Toko. Aneka, di Jl. Kembang Jepun 151, Surabaya.


Toko Aneka, di Jl. Kembang Jepun 151, Surabaya.

Dan karena gedung ini berada di pojok dan berada dikawasan yang ramai, apalagi pada jam-jam sibuk, maka untuk mendapatkan foto ini saya harus mengambilnya dari seberang jalan.
Bangunan ini kalau dilihat dari bentuknya juga, merupakan bangunan berciri Kolonial Tropis seperti pada gedung-gedung yang ada dan tersebar di daerah sekitar Kembang Jepun.
Sebenarnya di sepanjang jalan Kembang Jepun ini masih terdapat banyak bangunan-bangunan bersejarah yang lain, tapi karemna keaadaan yang tidak memungkinkan maka saya hanya sempat mengambil salah satu dari bangunan yang ada.
Selesai menyusuri Jalan Kembang Jepun, jelajah kami arah kan ke timur dan kemudian berbelok ke arah selatan, dan melewati jalan Sunan Ampel, disinilah juga kami bisa menyaksikan beberapa bangunan yang cukup lama, dan tentunya merupakan pemandangan yang menarik hati jika kita bisa melewati daerah ini, apalagi hari itu hari Kamis, tentu banyak para peziarah yang datang untuk mengunjungi Makam Sunan Ampel yang berada di kawasan ini.
Selesai menyusuri kawasan ini, jelajah saya lanjutkan ke arah selatan lagi, yaitu ke arah Jembatan Petekan, Jembatan ini seperti yang mungkin sudah saudara dapatkan informasinya, bahwa jembatan ini dahulu kala merupakan jembatan yang sangat memiliki arti bagi roda perekonomian Surabaya lama untuk daerah pelabuhan, Jembatan ini dulunya ketika berfungsi bisa naik dan turun secara mekanikal jika ada kapal melintasi Kalimas dibawahnya.
Namun melihat jembatan Petekan sat ini sungguh saya merasa prihatin, sebab seharusnya Benda budaya dirawat dengan demikian tentu akan berfungsinya lagi dan tentu dengan demikian akan melestarikan sebuah peninggalan yang fenomenal.


Jembatan Petekan-Kalimas

Selesai menikmati jembatan Petekan yang kini hanya tinggal menunggu waktu, saya langsung menuju kearah selatan, menyusuri pinggiran sungai Kalimas, maka sampailah saya pada di keramaian Jembatan Merah Plaza, dan disinilah saya mengabadikan kembali sebuah bangunan cagara budaya kembali yang letaknya persis berada di sebelah belakang gedung markas kompeni, yaitu gedung yang sekarang digunakan sebagai kantor sebuah Bank Swasta.
Menurut ceritanya bangunan ini memiliki kesamaan dengan bangunan kantor Bank di kota yang lain.


Kantor Bank

Jelajah saya yang terakhir setelah menikmati kantor Bank tadi, akan saya akhiri dengan melewati jalan Rajawali kemudian berbelok ke selatan dan mengikuti Jl. Veteran dan sebagai penutup perjalan ini aku berusaha mengambil beberapa foto cagar budaya yang lain yang pernah saya sampaikan dalam perjalan mennyusuri Surabaya Lama terdahulu.


Gedung De Algemene (Hulwit Berlage)
satu-satunya bangunan karya Barlege ( Arsitek terkenal di Eropa) yang ada di Surabaya




Gedung Cagar Budaya PT. Kerta Niaga, Ltd

Tuntas sudah jelajah siang ini dalam rangka memenuhi klangenan saya pada bangunan-bangunan tua sebagai pendukung kawasan kota lama Surabaya.
Saya mengakui bahwa jelajah siang ini masih jauh dari keinginan para pembaca yang ingin mengetahui cagar budaya yang masih tersisa karena keterbatasan waktu dan informasi yang kami punya, namun setidaknya sebagai memuaskan keingintahuan saya rasa sudah cukup, tapi saya yakin dikemudian hari saya akan menjelajah kota pahlawan dengan lebih baik dan penuh kenangan, semoga......

Lanjut Kang......

7 Oktober 2009

Mudik Lebaran 2009, sebuah kerinduan pada tanah leluhur

Pulang ke kampung halaman di saat lebaran untuk melakukan ritual tahunan adalah hal yang paling ditunggu-tunggu, aku, istri apalagi anak-anakku.
Mudik lebaran selalu menjadi acara yang sangat menggembirakan dan menjadi penawar kerinduan selama satu tahun tidak bertemu dengan Bapak, Ibu, adik-adikku serta keponakan akan mejadi hal terindah selama setahun berlalu.
Seperti rencana kepulangan lebaran tahun 2009 ini, seperti tahun-tahun yang lalu pulang lebaran ini akan dimulai pada hari pertama hari raya, yaitu hari Minggu tanggal 20 September 2009 dan Pulang ke Surabaya pada tanggal 25 September 2009 dan ini liputannya, heheheheheheh.


Hari Pertama [ 20 September 2009 ] : Berangkat.
Saya, istri dan dua anak saya berangkat dari Surabaya tepat jam 19.00 lepas dari rumah. seperti dalam perjalanan tahun-tahun yang lalu, sepanjang perjalanan cenderung sepi karena mungkin malam hari atau mungkin karena banyak orang sudah mudik lebaran pada hari-hari sebelum hari H nya, tpi saya memilih pulang pada hari H nya dan perjalanan pulang selalu aku lakukan di malam hari, dan brharap jalan akan lenggang dan tidak panas.
Perjalanan dari Surabaya sampai ke Jombang berjalan lancar-lancar saja, bahkan hanya mobil-mobil pribadi saja yang banyak mendominasi jalan-jalan yang aku lewati.
Sampai di daerah Nganjuk saya sdh mulai merasa lapar, sebab sejak dari Surabaya mulut ini belum terisi nasi sesuap pun, jadi karena telah menempuh perjalanan yang lumayan jauh maka perutkupun sudah menyanyikan lagu kebangsaan. KELAPARAN !!!!
Saya berhenti dan mencoba mngisi perut dengan makan di Rumah Makan Warung Kopi Fambayung dan karena perut sudah merasa lapar, saya pesen apa saja yang berbau nasi dan saya pesen nasi Pecel Ayam Goreng, kenapa saya pesen makanan ini, karena sebelum aku menentukan pilihan saya tanya dulu pada mbak nya yang memberikan daftar menu, apa makanan yang special disini, mbak itu bilang : nasi pecel tambah ayam goreng, ya karena mbak bilang itu aku dengan manut saja ya memilih menu itu, sedang istri dan anak-anak memilih menu yang lain, juga menu yang berisi nasi, yakni nasi penyet ayam, dengan minuman yang menyegarkan jeruk hangat, jahe dan anak-anak minta es teh hangat saja.



Setelah istirahat beberapa waktu di rumah makan ini, kira-kira 1/2 jam kami sekeluarga melanjutkan lagi perjalanan ke Magelang.
Selama perjalanan tak henti-hentinya saya selalu mendengarkan lagu-lagu yang aku bawa dari rumah, yang selalu saja menjadi teman ngantuk selama dalam perjalanan, beberapa lagu campursari dan pop yang mendayu-dayu milik Dian Pisesha, selalu menjadi teman kuping selama dalam perjalanan, atau kadang kalau bosen saya mendengarkan siaran radio lokal, dimana saya sedang berada, dan yang paling menghibur hati juga menjadi menambah kangen saya suasana Magelang, sepanjang perjalanan setelah sampai di daerah Jawa Tengah, siaran radio yang aku tangkap adalah siaran wayang kulit dan kalau sudah bosan saya cari gelombang lagi yang berisi lagu2 campur sari, sungguh lagu2 ndesani yang menjadi pelipur lara.
Sampai dirumah Magelang, tepat pukul 04.00 Pagi, jadi perjalanan antara Surabaya dan Magelang ini saya habiskan dalam waktu 10 Jam, sunguh perjalanan yang sangat melelahkan, karena harus saya sendiri yang mengendarai tanpa ada yang mengganti, hanya non saja yang dengan susah payah harus berkorban untuk tidak tidur selama perjalanan untuk menemani saya agar saya ada temennya, tapi meskipun begitu namanya juga perempuan, tenaga tidak bisa full menemani saya seluruh perjalanan ini, sebab ternyata ketika sampai di Jogja, seluruh penumpang sudah tewas.... angkler  tidur semua, bahkan baru bangun setelah saya mau turun dari kendaraan. dan apa yang dikatakan no, " Kok ora ngomong-2 to nek wis tekan ? " pikirku biar semua tidur di mobil tak tinggal masuk rumah, dan tidur juga ....heheheheheh... kapokmu kapan !!!!
Setelah bersih-bersih badan dan istirahat sebentar aku langsung mak blessssss, ngorok lagi...xixixixixi

Hari Kedua [ 21 September 2009 ]
Seperti dalam rencana saya, hari ini dan setelah saya matur sama Ibu kita semua akan pergi ke Salaman, tempat saudara-saudara ibu yang masih ada.
Salaman adalah kota kecil sebelah sebelah Barat daya dari Kota Magelang dan daerah ini masih masuk Kabupaten Magelang, kota ini dapat dicapai dari tempat tinggal kami hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit, jadi tidaklah jauh, sehingga hanya sebentar kami sudah sampai di tujuan pertama yaitu di daerah Brangkal, yaitu di pusat kotanya salaman, ini adalah rumah tempat adik ibu [bu Lik] yang perempuan menurut kami adalah saudara yang paling akrab, ketimbang saudara-saudara laki-laki yang lain.
Disini meskipun masih tergolong di tengah kota, tetapi segala apa yang dihidangkan masih berbau ndeso, tapi sungguh inilah yang membuat kami-kami anak-anaknya krasan yang ingin sekali mencicipi seluruh makanan yang disajikan oleh Bu Lik ini.
mau lihat kegatan kami di tempat Bu Lik, ini lah sebagian foto-fotonya :




Lagi tamu-tamuan..... di Brengkel-Salaman


Sambel Goreng tahu tempe... wah... mak nyus tenan iki...


Gorengan Mujahir, ambil dari kolam sebelah rumah


Antri ambil jatah makan pagi.....


Srundeng sebagai pelengkap makan kami pagi itu...hem.. nyak nan !!!!


Ternyata orang ini yang paling rakus makan nya.......xixixixixi

Setelah beberapa saat kami makan siang dan ngomong ngalor ngidul kami segera melanjutkan perjalanan ke saudara kami yang lain yang ada di Salaman juga, tapi ini di daerah yang lebih dalam, daerah persis dibawah perbukitam Menoreh, namanya desa Paipurno Dusun Nglisat.
Disini Ibu bertemu dengan kakak dan adik-adik-adiknya yang hampir jarang sekali ketemu, atau bahkan bisa dikatakan hanya ketemu sekali dalam setahun, meskipun sebetulnya jarak antara rumah dengan tempat lahir ibu ini juga tidak begitu jauh, lumayan paling hanya membutuhkan waktu 1 jam saja sudah sampai. Tapi ketemunya hanya kalau saya bersama saudara-2 yang lain mengunjungi mereka di Nglisat ini.
Di tempat ini, seperti biasanya kami melepas kangen dengan mereka, sambil ngomong ngalor ngidul kita disughi bebrapa panganan yang jarang sekali kami temukan di tempat saya, bahkan kalaupun ada, makanan ini akan membawa nuansa berbeda jika dibandingkan dengan kalau kita makan sehari-hari, coba saja lihat jajan dibawah ini :

Jenang Merah.... hmmmm manisnya


Jajan yang tersedia di meja.....

Saking asiknya ibuku ngadep jajan terus...


Sejenak setelah beberpa jam di Nglisat, Paripurni, Salaman kami sekeluarga pamit untuk pulang ke Magelang lagi, seperti adat kebiasaan jika ada saudara yang datang dari jauh, maka ketika pulangpun kami tak lupa dibawakan oleh-oleh hasil dari kebun yang saaat itu lagi musim yaitu ketela rambat, berbeda dengan tahun kemarin yang waktu itu lagi musim rambutan, saya dibawakan rambutan manis-manis yang cukup banyak, tapi kali ini lain, ketela dankami bergegas untuk segra keluar dari Salaman karena rencananya setelah dari Salaman kita akan langsung meluncur menuju ke Joga, namun di tengah perjalanan rencana ke jogja dibatalkan karena bapak dan ibu sudah merasa capek serta keponakan-keponakan yang ingin segera pulang karena ingin langsung pergi bermain ke tempat yg lain bersama Non.
Sampai di rumah waktu sudah hampir sore, dan kami mencoba menikmati sisa waktu ini untuk saling ngobrol kesana kemari, bercanda dengan keponakan dan curhat sama bapak dan ibu, baru malamnya jam 20.00 wib, saya, non, anak-anak dan bebrapa keponakan menyempatkan untuk menjajal makanan nasi goreng kegemaran anak-anak dan koponakan di depan Penjara, Jl. Cacaban.
Nasi goreng yang saya kunjungi ini adalah tempat jajan yang ketiga kalinya aku cicipi masakannya, hari raya 2008, tahun baru kemarin dan sekarang ini, selain tempat ini tidak jauh dari tempat kami tinggal juga karena ternyata di tempat inilah non dan anak-anak merasa cocok dengan lidahnya.


Hari Ketiga [ 22 September 2009 ] : di Rumah
Hari ketiga di Magelang seperti kebiasaan keluarga ketika semua berkumpul di Magelang, setelah bangun pagi dan tentu sebelum mandi ( hehehehe kemproh nih ye....) sayadan adik-adik bersama seluruh keluarganya selalu sarapan soto, seperti pagi ini saya hanya ditemani 2 adik saya dan keponakan-keponakan yang lain ( oh ya perlu saya beritahukan bahwa adik saya yang ke 2, Yanto demikian saya memanggilnya bersama keluarganya yang di Bali untuk hari raya saat ini yidak bisa pulang karena sesuatu hal yang lebih mendesak, dan itu sudah disampaikan ke saya sebelum hari raya tiba) mencicipi soto pak Sugi yang berada di depan Hotel Pring Gading, penjualnya ini saya ingat betul adalah teman saya sewaktu kami sekolah di SD Kemirirejo II, Soto Pak Sugi - Pring Gading
Selesai kami sarapan soto kemudian kami pulang kerumah kembali, dan keponakan keponakan mandi sedang saya sambil menunggu untuk mandi aku sempatkan untuk menyelinap sebentar hunting beberapa foto yang sudah lama aku incar sebelumnya. seperti ini :

salah satu rumah kuno di Jl. tentara Pelajar ( d/h Jl.Bayeman )


Deretan rumah-rumah lawas di Jl. Gladiol / Jl. Mawar


ini adalah foto dari belakang SD. Kemirirejo II, Magelang


Setelah selesai kami putar-putar menikmati suasana kota Megelang dan puter-2 mengendarai roda, akhirnya saya kembali ke rumah waktu sudah menunjukkan soer hari bergegas aku mandi dan istirahat.
Oh ya... di hari ini ada acara yang hampir saja aku lupa menuliskannya disini, yaitu acara ketemuan dengan teman-teman lama semasa sekolah di SMEA Negeri th 1983 yang lalu, pertemuan kangen-kangenan ini sebenarnya adalah pertemuan lanjutan dari acara reuni yang telah kita laksanakan berapa bulan sebelumnya, tetapi karena ada satu temen lama yang waktu itu tidak bisa hadir karena kesibukan dalam bekerja, maka mbak Kanti Rachmawati [demikian nama teman yang satu ] ini sengaja mengumpulkan bebrapa teman yang saat itu bisa dihubungi dan bisa pulang ke Magelang, juga di acara itu datang juga sahabat akrab saya di FB, yakni Daman Huri, yang disempatkan utk hadir karena waktu reunian kemarin dia juga tak bisa datang.
Pertemuan kangen-kangenan ini berlangsung sangat akrab dan sangat meriah, meski tidak bisa seluruhnya bisa hadir, tetapi setidaknya temen-2 yang hadir ini bisa mengobati rindu hati para sahabat yang lama ndak bisa ketemu.
Pertemuan ini berlangsung cukup lama dan baru berakhir setalh hampir waktu dhuhur, saya baru keluar dari rumah mbak Kanti, di perumahan Mentasih
Baru malamnya saya sengaja sendiri dolan ke Gg. Puspo. saya puter-2 ndak ketemu konco-konco lawas yang katanya pada pulang kampung, tapi kok sepi ? apa karena saya udah kemaleman ke sana ? atau memang teman-teman sudah ndak pada keluar dari rumahnya, eh... entahlah, tetapi setalah saya berhenti di Hotel Amin (dulu ) Jl. Daha saya bertemu dengan orang yang dulu selalu akrab dengan para anak-anak muda, bahkan dalam usia yang cukup sepuh, pak Mat ( demikian saya memanggilnya) masih tampak semangat untuk berbicara... sungguh saya mendapatkan semangat yang harus ditiru untuk saya.
Selang beberapa saat saya ketemu dengan pak Mat, Doyok dan lain-lain sebentar datang temen dari Bali Joko kombet, bersama istri dan anaknya ( akrab sekali dengan saya jalau lagi cat di FB ) kemudian Moko (kopet), Ari, Doyok dan Catur temen Ari. dan tak terasa saya disana saya sudah hampir 2 jam, jam saya pamit untuk pulang karea malam sudah larut. Terima kasih pak Mat, sudah menemani saya berklangenan dengan kampung dan semoga dilain waktu kita bisa ketemu kembali.

Hari Keempat [ 23 September 2009 ] : Sarapan Soto


Seperti hari kemarin, pagi inipun kami sekeluarga juga ingin makan soto kembali, tapi karena ingin mencicipi rasa soto yang lain, saya menyarankan soto di dekat Taman Kayai Langgeng ( dibawah kampung Bayeman Mudal) yaitu soto mbah Mul dan kami semua menikmatinya dengan enak, walaupun kami harus sabar menunggu karena yang mau beli juga berjubel banyaknya, dan setelah setengah jam kami menunu, barulah kami dijualin dan ini kesibukan makannya :
ni...... mbak Nesya tempenya !!!!!


Enak Pak Dhe......... besok lagi ya ?



Setelah kami puas makan soto di sini, kita semua langsung pulang untuk segera mandi-mandi dan ibu-ibunya masak untuk siang harinya.
Sampai dirumah setelah semua pada mandi agak siang nya saya mengajak Non serta anak-2, dan Nesya dolan ke Hotel Puri Asri, tempat ini selalu jadi tempat favorit non dan anak-anak, selain disini kami bisa menikmati pemandangan yang ada di lokasi hotel ini, juga di tempat inilah anak-anak, dan saya bisa menjajal permainan yang disediakan disana, dari sepeda air, sepeda kecil, becak kecil dan berbagai macam mainan tradisional ada disana dan inilah sebagian permainan yang sempat dijajal oleh Non dan anak dan keponakan saya :
satu..dua... tiga... mulai.. !!!!!!


Mejeng dulu......


nunggu anak-anak main !!!


ngontel...... capek deh.......


Setelah capai bermain-main di Hotel Pusri Asri, Non dan anak serta keponakan saya ajak ke Rumah Makan Es Enny untuk mencicipi es yang sudah lama non inginkan, Es Enny yang ada di jalan Ngarakan, rumah makan inipun dulu pernah kita coba..dan karenannaya tahun ini juga pingin mencicipi kembali kelezatannya.
Es Buah Hati
Es Fanta Float
Es Dragon Ball


Itulah beberapa macam es yang sempat dicicipi oleh kami dan sebenarnya ada bebrapa makanan yang kami santap, tapi karena saking lapar saya lupa untuk memotretnya. tapi ada hasil jepretan yang perlu di upload disini, yaitu perihal tampilan menu bakso yang ditampilkan olEh rumah makan ini.
coba lihat saja tampilan menu bakso ini :
Lihat tampilan menu kayak gini...hemm..... enaknya


Itulah beberapa minuman dan makan yang sempat aku cicipi, semoga dilain waktu saya bisa mencicpi kesegaran es dan lezatnya makanan disini dilain waktu dan dengan menu yang lain..... oye !!!!!


Malam harinya masih seperti team yang tadi siang hanya ditambah dua keponakan laki-laki saya sempatkan untuk menikmati malam dan dinginnya kota Magelang dengan menikmati jajan di Cafe Teras di Jl. Tentara Pelajar / Bayeman.
Pisssss pak Dhe......



Di cafe ini ternyata tidak ada yang istimewa soal menunya, seperti kebanyakan cafe yang lain, baik makanan dan minumnya tidak jauh berbeda, hanya disini saya sempat memfoto satu jenis makanan yang saya santap malam itu, dan inilah penampilannya:
Nasi Uduk Cafe Teras


dan setelah kami bertujuh sudah kenyang semua.... saya balik kerumah lagi dan langsung.... mak lesssssssssssssss, dan saya dibangunin sama non karena, katanya ngorokku terlalu keras.. he..he..he..he..heh..... ( ke pegelen mangan thok yo ? ).


Hari Kelima [ 24 September 2009 ] : Millist Ambarawa.
Seperti yang menjadi agenda saya sebelumnya, bahwa kepulangan saya ke kampung halamam dalam rangka merayakan Lebran tahun 2009, selain minal aidzin dengan Bapak, ibu serta saudara-saudara semua, saya khususnya juga akan melaksanakan acara pertemuan anggota Millist Ambarawa yang ke 2, dan acara ini sudah terencana lama sebelum hari raya, sehingga acara ini juga menjadi acara pokok liburan kali ini.
Namun acara ini akan dilaksanakan pada siang hari, jadi sebelum kami berangkat ke acara itu, paginya seperti biasa kami sempatkan untuk makan soto lagi, karena setelah sampai disana pengunjungnya sudah berjubel yang ngantri, jadi harus pindah tempat kalau tidak ingin kesiangan, dan yang menjadi pilihan saya selanjutnya adalah di depan pintu masuk kolam renang Gladiol, tepatnya di seberang jalannya.
Saya tak tahu persis apa nama soto ini, karena saya hanya makan saja.... wong sing mbayari adikku kok heheheheh. tapi ngomong soal rasanya mungkin soto inilah yang mungkin bisa diadu dengan soto-2 yang sudah saya sebutkan sebelumnya, ndak percaya ? buktikan saja !!!!!
Acara ketemuan dengan warga millist Ambarawa berlangsung cukup lumayan, dan karena tempat pelaksanaanya sama dengan pertemuan yang pertama yaitu di Rumah makan Kopi Eva - Bedono Kab. Semarang.
Sebagian dari Anggota Millist Ambarawa


Untuk liputan pertemuan Millist ini, Insya Allah akan saya tulis tersendiri di waktu yang lain, sebab acara ini juga punya arti khusus di jagad mayaku ini.
Dalam perjalanan kami pulang kembali ke Magelang, ditengah perjalanan kami juga sempat untuk melihat dari dekat [ walau hanya pintu gerbangnya saja) pondok pesantren milik syeh Pujiono yang fenomenal itu, dan keponakan-keponak serta Non sempat nengkring ber narsis ria di depan gate Pondok pesantrennya.

Ternyata mungkin benar apa yang ditulis di media masa, kalau syeh satu ini memiliki banyak duit, lihat saja pitu gate pondoknya saja sudah berkesan mewah, selain ukurannya yang besar juga ternyata di setiap ruang gate banyak dihiasi oleh tulisan-tulisan ayat-ayat suci Al-qur'an, yang hampir memenuhi seluruh dianding gate/pintu masuh pondok pesantren milik syeh Puji. Kerena letaknya yang persis dipinggir jalan raya yang menghubungkan antara Magelang dan Semarang, maka bangunan ini akan nampak jelas dan setiap orang akan melihatnya.
Selesai mampir dan ambil foto disini saya meneruskan perjalan ke selatan menuju arah Magelang dan lagi-lagi sampai di daerah Losari-Grabag Non menjak saya untuk mencoba melihat dari dekat Losari Coffe Plantation resort and Spa yang masih satu arah dengan perjalanan saya, dan karena saya juga ingin mencoba melihat dari dekat lokasi ini maka saya putusakan untuk berbelok ke arah tempat tersebut.
Tidak jauh dari jalan utama tadi, kira-kira 500 meter, kami sudah tiba di lokasi yang kami maksud, setelah kendaraan kami parkir, kami langsung menuju ke arah pintu masuk resort yang lokasinya agak naik, sehingga kami harus jalan naik untuk ke lobbynya, sampai di depan lobbby kami langsung inginnya masuk ke lokasi hotel untuk menikmati suasana resort yang menurut orang-orang dan informasi yang kami dapat, bahwa resort ini memiliki pemandangan dan fasilitas yang sangat bagus, namun apa yang kami inginkan ternyata tidak bisa kesampaian, karena resort ini bersifat privacy, sehingga tidak semua orang boleh masuk ke area situ kecuali tamu yang telah menginap disana, karena keinginan saya untuk hanya sekedar melihat2 panorama disana dan minta ijin untuk itu, tetap saja kami tidak diperboolehkan,dan karena tidak diperbolehkan terpaksa dengan dongkol hati saya dan rombingan harus rela balik kucing tanpa bisa menikmati pemandangan didalam resort tersebut, tapi dasar saya keranjingan foto2 sempat pula non, anak dan keponakan saya foto di depan lobby itu.

Depan Lobby Losari Coffe Plantation and Spa - Losari - Grabag - Magelang


Selesai dari pertemuan Milist waktu sudah hampir sore, dan mapir kedua tempat tadi dan karena sebelumnya kami janji akan mengajak keponakan-keponakan untuk renang maka, sesampainya di rumah saya langsung menajak keponakan untuk segera renang sebelum waktu keburu malam, sebab kalau ndak salah waktu sudah menunjukkan jam 16.00. dan keponakan2 ini langsung berangkat karena ternyata mereka sudah siap-siap.

Rehat setelah mandi .... makan mie goring


Malam terakhir di Magelang, karena esoknya kami berencana untuk pulang ke Surabaya, dik Amink, suami adik saya yang paling kecil sengaja mengajak makan malam bersama-sama seluruh keluarga yang masih ada di Magelang dan tidak ketinggalan Bapak juga Ibu tersayang.
Kami makan malam di Rumah Makan Panjiwo, yang beralamat di depan Rumah Sakit Jiwa Kramat, saya hafal betul dengan tempat ini, karena sebelumnya tempat ini sudah saya pakai untuk kegiatan reuni teman-teman SMEA saya.
Di rumah makan ini ada satu masakan yang sangat khas dan itu menu yang menjadi pilihan kami sekeluarga yaitu, ayam goreng sambel korek, dan ini bentuknya :
Ayam Goreng Sambal Korek


dan satu ini lagi yang di makan sama kita-kita :
Gurami Goreng


Rumah makan ini ternyata sangat laris, sebab setelah kita sampai disana [ kira-kira pukul 19.00] menu yang tersedia disana sudah tidak komplit lagi, hanya ada beberapa menu saja yang bisa kami pesan, dan itpun harus menunggu lumyan waktu, karena ternyata walaupun menu sudah minim, tetapi pengunjung masih juga ada yang datang.
Setelah selesai makan malam di sisi utara kota Magelang, kamipun segera pulang karena kami akan segera siap-siap berbenah pakain masuk koper, karena rencananya kami akan pulang jam 07.00 pagi, jadi lebih baik berbenah malam ini biar besoknya tinggal berangkat saja.
Tapi dasar Non yang suka bawa oleh-oleh, sebelum kami pulang menuju rumah kendraan kami arahkan ke sebuah pabrik yang menghasilkan produk khas kota Magelang, yaitu pabrik getuk ECO, yang tempatnya tidak jauh dari tempat kai tinggal yaitu di daerah Cacaban, dan setelah pesan beberapa buah untuk oleh-oleh di surabaya, kami sempatkan untuk menengok kegiatan produksi makanan ini, dan ini sebagian kegiatan yang sempat saya foto di sebelah kami duduk itu.
Proses pengelupasan kulit singkong untuk dijadikan gethuk


Selesai kami membeli oleh-oleh getuk, kami terus pulang ke rumah dan karena saya sudah merasa capek untuk hari ini, Non dan saya langsung berbenah-benah mengemas semua pakaian untuk dimasukkan kedalam kendaraan. Selesaia berkemas hari sudah malam dan kami malas untuk menjajajl kuliner yang lain, padahal malam itu saya ingin sekali mencicipi ronde hangat di sekitar Jl. Pemuda, tapi karena Non sdh malas dan aku males juga pergi sendirian, ya terpaksa saya mlungker wae to !!!!!!!.


Hari Keenam [ 25 September 2009 ] : Surabaya I come home.....
Seperti rencana semula, hari ini kami sejeluraga harus pulang ke Surabaya, karena kami tidk ingin nanti sampainya di Surabaya, badan masih capek dan akan manjadikan malas untuk melakukan kegiatan selanjutnya, maka untuk ini saya pulang lebih awal..karena biasanya saya habiskan seluruh sisa cuti saya untuk pulang mudik ini paling minim enam hari [ seminggu] tapi untuk kali saat ini hanya bebrpa hari saja, dan pagi ini kami setelah membereskan seluruh muatan dan pamit ke Bapak dan Ibu serta adik-adik serta keponakan kami berangkat dari rumah tepat pukul 07.00 wib.
Perjalan kali ini tidak melewati jalutr yang selama ini saya lewati, saya ingin mencoba jalur yang lain yaitu jalur yang melewati Kopeng, Salatiga dan sampai di Sragen.
Menurut informasi yang saya dapatkan jika melewati jalur ini kita akan menempuh waktu lebih vepat satu jam, dibanding lewat jogja, Solo. Makanya aku mencoba jalur ini, Tapi apa yang terjadi setelah saya melewati jalur ini, selain kami harus sering tanya kesana kemari ternyata juga jalur disini tidaklah selebar jalun joga solo, otomatis kendaraan tidak bisa melaju dengan cepat dan dengan sendirinya waktu yang kita tempuh juga akan terlambat, selain itu ternyata jalur ini juga dilewati oleh kendaraan pribadi roda 4 dan banyaknya roda 2 yang akan menenpuh perjalanan pulang ke Jakrata juga melalui jalur ini, sehingga kami agak kesel di jalan karena sering macet di jalan ini.
Seyelah Istirahat siang dan melakukan sholat di daerah Caruban kami igin beristirahat makan siang dan Non masih ingat dengan sebuah rumah makan yang tahun kemarin waktu liburan tahun 2008 kita pernah makan disana, yaitu rumah makan NOTOSUMAN yangsaat itu menyajikan menu makannan yang cukup bagi saya dan keluarga kami.
dan inilah sebagian minuman yang kami nikmati sebagai pelepas dahaga siang hari :
Wuih...........segernya.

Karena di tempat ini kami ingin betul-betul istirahat karena saking capeknya menyetir hampir lebih dari tiga jam dan dan ingin sekali menikmati makanan kesukaan saya yaitu Timlo solo,
maka istirahat ini saya buat dengan enak-seenaknya istirahat, dan waktu yang banyak ini digunakan oleh mbak untuk meng update FB nya.

Kok lelet ya pak....... ?


Dan setelah istirahat beberapa saat di tempat ini, perjalanan kami lanjutkan dengan segar setelah kami charge kembali bdan ini.
perjalan yang melelahkan dan bikin vapek ini membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 12 Jam untuk sampai di Surabaya, tapi secara efetif waktu yang saya gunakan adalah mungkin 6-7 jam, karena banyak waktu yang saya habiskan untuk berhenti di beberapa tempat untuk hanya sekedar ke kamar kecil atau istirahat minum.
Semoga perjalanan ini akan membawa kesan sendiri bagi Non, anak-anak dan tak bosan-bosannya selalu jelajah lidah menemani bapaknya yang gapleki. pak... PISSSSsssssss.


Pak... Pissssss deh !!!!
pf:
Tulisan ini saya persembahkan untuk Bapak dan Ibu di Magelang
Adik-adikku dan seluruh keponakanku yang aku sayangi
tak lupa untuk Non istriku dan anak-anakku, Mbak Ella dan adik Via


Lanjut Kang......