Tak terasa sudah hampir setengah tahun lebih sejak saya bersama keluarga Desember 2009 yang lalu tak pernah lagi kembali ke Magelang, maka ketika si kecil [anak saya] mendapat kesempatan untuk berlibur dengan sekolahnya ke Jogjakarta maka, kesempatan ini juga akan kugunakan untuk mengawal si kecil sekalian pulang ke kampung halamanku.
Saya terpaksa harus berangkat dari Surabaya pada pagi hari, bagi kami perjalanan pada pagi hari tidak biasa, sering kami berangkat pada malam hari untuk ke Magelang, selain tidak ramai di jalan, sesampainya di tujuan hari masih pagi, sehingga perjalanan akan efisien dam menghemat waktu.
Hari itu saya kira-kira jam 08.00 WIB, jadi kami terlambat untuk berangkat selama kurang lebih hampir 2 jam, dari jadwal yang telah ditentukan, karena bus yang akan kita tumpangi beritanya terjadi kecelakaan kecil menuju ke tempat kami berkumpul, saya sudah menduga bahwa keterlambatan ini pasti acara-acara yang telah disusun akan mengalami perubahan dan perkiraan yang paling buruk adalah akan kehilangan kesempatan untuk menikmati keindahanan candi prambanan yang ada di wilayah Prambanan.Sedikit catatatn, karena hari itu adalah hari Jum'at maka dalam perjalanan saya mencoba untuk mencari masjid untk sholat jum'at dan saya menemulan masjid Nurul Huda di desa Sawo, Karangjati-Ngawi.
Seperti yang telah menjadi rencana awal perjalanan ini, bahwa perjalanan hari pertama ini akan tiba di Candi Prambanan pada jam 14.00 atau 15.00 WIB, namun karena keberangkatan yang molor tentu kesempatan pertama untuk menikmati kemegahan candi Prambanan terpaksa diutungkan pada sore itu, karena sampai di Prambanan waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB atau kurang yang jelas kalau harus dipaksankan masuk ke wisata ini, waktunya sangat tidak dimungkinkan, saya saja yan sudah mendahuui datang di lokasi ini sudah jam 16.30. padahal ticket masuk menurut informasi yg saya terima dari petugasbya dijual terakhir jam 17.00 WIB, dan lokasi ditutup jam 17.30, ya karena keadaan itu rombongan terpaksa jalan terus dan langsung menuju ke tempat penginapan.
Tiba di penginapan hari sudah mulai malam, saya sudah tiba duluan ketimbang di hotel yang terletak tak jauh dari keraton jogjakarta itu, hotelnya tidak terlalu besar dan menurut tukang becak [ kebetulan orang Magelang] yang saya tanyai mengatakan kalau hotel ini baru, belum ada 2 tahun, jadi ya banyak orang yg beluam tahu, dan ini menjadi kan masalah kecil ketika saya harus tanya sana sini untuk mengetahui dimana lokasi hotel ini.
Dan setelah menunggu beberapa saat akhirnya rombongan anak kami sudah datang, setelah mengemas dan menata tas bawaan adik dikamarnya saya kemudian meneruskan perjalanan lagi menuju ke Magelang, karena saya tak ingin sampai di Magelang larut malam.
Sampai di Magelang jam kira-kira sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB. dan sudah ditunggu oleh bapak, ibu serta keponakan-keponakan di rumah Magelang, istirahat sebentar, mandi dan berbenah saya langsung mengajak semua untuk makan, karena sejak siang, saya, istri dan mbak perut belum terisi makan.
Malam itu saya ingin makan nasi goreng khas kota ini, saya langsung menuju ketempat yang tak jauh dari pusat kota dan sudah menjadi langganan saya beberapa tahun terkahir ini kalau saya pulang ke Magelang, yaitu di sebuah tempat makan yang ada di muka penjara [LP].
Tiba di penginapan hari sudah mulai malam, saya sudah tiba duluan ketimbang di hotel yang terletak tak jauh dari keraton jogjakarta itu, hotelnya tidak terlalu besar dan menurut tukang becak [ kebetulan orang Magelang] yang saya tanyai mengatakan kalau hotel ini baru, belum ada 2 tahun, jadi ya banyak orang yg beluam tahu, dan ini menjadi kan masalah kecil ketika saya harus tanya sana sini untuk mengetahui dimana lokasi hotel ini.
Dan setelah menunggu beberapa saat akhirnya rombongan anak kami sudah datang, setelah mengemas dan menata tas bawaan adik dikamarnya saya kemudian meneruskan perjalanan lagi menuju ke Magelang, karena saya tak ingin sampai di Magelang larut malam.
Sampai di Magelang jam kira-kira sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB. dan sudah ditunggu oleh bapak, ibu serta keponakan-keponakan di rumah Magelang, istirahat sebentar, mandi dan berbenah saya langsung mengajak semua untuk makan, karena sejak siang, saya, istri dan mbak perut belum terisi makan.
Malam itu saya ingin makan nasi goreng khas kota ini, saya langsung menuju ketempat yang tak jauh dari pusat kota dan sudah menjadi langganan saya beberapa tahun terkahir ini kalau saya pulang ke Magelang, yaitu di sebuah tempat makan yang ada di muka penjara [LP].
Seperti biasa, saya langsung pesan nasi goreng tapi ditambah potongan tulang serta mie godog, dan seperti yang aku bayangkan, cita rasa masakan Magelang ini sangat khas di mulut dan lidah saya, saya masih inget benar kalau cita rasa seperti ini hanya bisa dinikmati di Magelang dan daerah di sekitarnya, coba bayangkan, masak nasi goreng dengan angklo dan bara api dari areng, pasti tak kebayang aroma dan panasnya, jelas cita rasa yang dihasilkan tak akan mudah dilupakan, dan yang paling menjadi kek khusannya adalah masaknya adalah satu persatu, artinya walauapun pesan satu atau sepuluh atau berapa porsi saja, makan akan dimasak satu persatu, inilah yang membedakan cara masak Magelangan dengan cara masak yg lain.
Selesai kami makan malam, sayapun langsung pulang ke rumah dan sampai di rumah saya langsung mak blessssssssssssss..............dan ngorok lagi, Wzzzzz...Wzzzzz..........krk...krk....... !!!
Saya berjalan menyusuri kampung-kampung, Karet, Jagoan dan dan kembali kerumah, menyusuri jalan-jalan disekitar tempat tinggal kami pada pagi hari sangatlah membikin hati ini terasa ayem dan tentu membangkitkan lagi memorabilia ketika saya masih hidup di kota yang bersih dan sejuk ini.
Sampai di rmah sayapun sebentar istirahat dan setelah beberapa saat mandi pagi saya mengajak Non untuk mencari sarapan pagi, sengaja memang ibu, bapak dan keponakan tidak ikut, karena keponakan-keponakan hari itu masih sekolah, ibu serta bapak yang setiap pagi menyiapkan keperluan mereka, pagi itu saya sekali lagi makan yang menjadi kegemaran kami setiap pagi kalau sedang pulang kampung yaitu, makan soto dan pilihan saya makan soto yang ada di Jl. Majapahit.
Selesai kami makan malam, sayapun langsung pulang ke rumah dan sampai di rumah saya langsung mak blessssssssssssss..............dan ngorok lagi, Wzzzzz...Wzzzzz..........krk...krk....... !!!
Sabtu, 29 Mei 2010
Pagi sekali saya sudah bangun, karena saya sudah janji dengan Non untuk jalan-jalan pagi, dan saya melakukan jalan pagi ini di daerah sekitar tempat tinggal akmi, yang ada di daerah Karet, Giriloyo.Saya berjalan menyusuri kampung-kampung, Karet, Jagoan dan dan kembali kerumah, menyusuri jalan-jalan disekitar tempat tinggal kami pada pagi hari sangatlah membikin hati ini terasa ayem dan tentu membangkitkan lagi memorabilia ketika saya masih hidup di kota yang bersih dan sejuk ini.
Sampai di rmah sayapun sebentar istirahat dan setelah beberapa saat mandi pagi saya mengajak Non untuk mencari sarapan pagi, sengaja memang ibu, bapak dan keponakan tidak ikut, karena keponakan-keponakan hari itu masih sekolah, ibu serta bapak yang setiap pagi menyiapkan keperluan mereka, pagi itu saya sekali lagi makan yang menjadi kegemaran kami setiap pagi kalau sedang pulang kampung yaitu, makan soto dan pilihan saya makan soto yang ada di Jl. Majapahit.
Menikmati soto khas Magelang di pagi hari dan dikota sendiri, sekarang akan mambawa suasana dan sensasi rasa yang lain, barangkali apa yang saya katakan ini tidak berlebihan, sebab di perantauan makan soto dengan rasa khas kota kelahiran selain sulit didapat tentu rasanya akan berbeda jika kita menikmati soto yang sama, kalau anda tak percaya, coba tanyakan apada orang-orang Magelang yang lahir di kota kecil ini tapi sekarang berada di perantauan, tentu akan sependapat dengan saya.
Selesai menikmati menu sarapan soto, saya berdua langsung ingun berputar-putar lagi menikmati kota ini, meski sering juga kita pulang, tapi ketika kita berkesempatan mudik maka inginnya kita selalu ingin keliling kota magelang, walau hanya sekedar menikmati suasana kota, syukur-syukur bisa ketemu sahabat lama dan bernostalgia segala hal yang pernah tersisa dikota ini.
Jajan soto di tempat ini tak pakai lama, biasa karea kita hanya makan berdua sama Non, jadi saya buru-buru pulang kerumah untuk beristirahat sebentar, tapi ada sesuatu yang menarik pandangan saya ketika saya menuju pulang, saya sempat menyaksikan seni instalasi dari sebuah rumah seni yang ada di dekat kampung saya yang lama, sesuatu yang membuat saya harus turun dari kendaraan untuk lebih dekat menyaksikan hasil karya seni ini
Selesai menikmati menu sarapan soto, saya berdua langsung ingun berputar-putar lagi menikmati kota ini, meski sering juga kita pulang, tapi ketika kita berkesempatan mudik maka inginnya kita selalu ingin keliling kota magelang, walau hanya sekedar menikmati suasana kota, syukur-syukur bisa ketemu sahabat lama dan bernostalgia segala hal yang pernah tersisa dikota ini.
Jajan soto di tempat ini tak pakai lama, biasa karea kita hanya makan berdua sama Non, jadi saya buru-buru pulang kerumah untuk beristirahat sebentar, tapi ada sesuatu yang menarik pandangan saya ketika saya menuju pulang, saya sempat menyaksikan seni instalasi dari sebuah rumah seni yang ada di dekat kampung saya yang lama, sesuatu yang membuat saya harus turun dari kendaraan untuk lebih dekat menyaksikan hasil karya seni ini
Dan sampai di rumah saya langsung istirahat karena siangnya acaraya akan padat di jogjakarta menemani si kecil menungunjungi beberapa obyek wisata.
Berangkat ke Jogja, kira-kira hari sudah agak siang, karena saya harus menunggu keponakan-keponakan pulang dari sekolah, saya berangkat sekalian dengan Bapak dan ibu, sebab sengaja saya mengajak orang tuaku karena saya ingin menemukan si kecil dengan mbah Uti dan mBah Kungnya, sebab perkiraan saya si kecil gak ada kesemoatan ketemu dengan mereka lagi, kalau tak sekalian saya temukan.
Sampai di Jogja sudah siang, dan si kecil sudah mengunjungi beberapa tempat, Kraton juga Taman Sari, dan siang itu saya ketemu dengan adik [ si kecil ] di Taman Pintar.
Meski sering ke Jogjakarta, tapi untuk singgah di Taman Pintar ya baru kali ini, memang keberadaan taman ini mungkin belum begitu lama, dilihat dari keberadaan fasilitas yang ada, yang masih relatif tampak baru, dan secara kebetulan saya mengetahu kalau lokasi ini dekat dengan gedung Taman Budaya Jogjakarta, sehingga dengan tanpa sengaja saya bisa menikmati lebih dekat dengan gedung yang satu ini, karena saat itu turun hujan yang cykup lebat maka, jadwal waktu disana agak molor karena menunggu hujan reda untuk kemudian si kecil melanjutkan perjalanan pulang ke hotel
Setelah berputar-putar di sekitar Taman Pintar dan juga juga menengok gedung Taman Budaya tanpa terasa hari sudah agak sore, dan karena kami ada keinginan menghadiri kopdar BALA TIDAR di Magelang rombongan kami segera pulang menuju Magelang lagi, dan perjalanan yang biasanya kami tempuh selama satu sampai satu setengah jam jadi molor sampai dua jam karena jalan yang hendak masuk ke Magelang [ biasa ] selalu macet karena jalannya memang sempit, apalagi saat itu jalan antara Blondo sampai mau masuk ke Magelang[ Armada ] sedang dilaksanakan perbaikan pelebaran jalan, otomatis ini juga menjadi salah satu penyebab kemacetan di ruas jalan ini, dan i ilah gsalah satu sebab sehingga saya tiba di Magelang sudah selepas Mahgrib, padahal sebelumnya saya di jogja sudah mengontak temen di Alon-alon bahwa saya diperkirakan tiba disana jam 17 WIB, tapi ya......karena ada hambatan tadi ditambah memang di jalan juga kendaraan banyak maka jalan kami jadi terlambat sampai di Alon-alon.
Sampai di Alon-alon hari sudah sangat gelap, sehingga mata yang rabun ini harus mencari-cari dimana sahabat blogger ini berada, tapi karena kita sudah dulu saling telpon-telpon an maka lokasi ringin tengah [ lokasi favorit gethukan ] segera aku samperin dan, disana sudah menunggu 3 sahabat bala tidar, tiga anak muda yang umurnya jauh dibawah saya dan malah bisa dikatakan seumuran dengan anak saya, yah langsung salam-salaman dan karena kita belum sholat langsung kita menuju ke masjid besar untuk melaksankan sholat dulu.
Selang tidak begitu lama saya selesai dan kami mengajak mereka untuk mencari tempat yang enak dan agak terang, dan saya temukan tempat yang cukup baik yaitu di tikar panjang milik bapak penjual bakso itu.
Dan setelah bebrapa saat kita ngomong-ngomong saya baru tahu kalau sahabat bala tidar itu namanya MAS YUDHA, MAS KUKUH DAN MAS FAISOL [ kata anak saya ], kita malam itu ngomong gayeng, sedikit berkenalan dengan saya,istri ,anak serta keponakan-keponakan saya, dan dari perbincangan yang gayeng itu saya sempat kecewa, karena sebetulnya tadi banyak bala tidar yang hadir tapi karena saya datangnya sangat terlambat maka sebagian bala tidar yang soree harinya sudah datang, banyak yang sudah pulang, untuk ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Mas Yudha, Mas Kukuh dan Mas Faisol yang sudah dengan sangat sabar menunggu saya hingga Maghrib, karena saya mendapat kemacetan saya dari Jogja dan saya mohon maaf kepada bala tidar yang lain yang sudah menunggu tapi tak sempat ketemu saya, padahal saya sudah ingin sekali ketemu mereka, mungkin di lain kali dan kesempatan yang baik kita bisa ketemu disana.
Beberapa saat kita berngobrol ria, ngalor ngidul yang gayeng dengan bala tidar membuat saya lupa bahwa saya harus menyudahi pertemuan ini karena, saya akan kembali ke Jogja untuk menemani si kecil yang ingin jalan-jalan malam di Malioboro, sekali lagi terima kasih untuk bala tidar yang malam itu berkenan menemani saya dan keluarga saya, sekali lahi terima kasih dan sampaikan salam saya untuk sahabat bala tidar yang lain.
Selesai saya pulang sebentar ke Magelang menemui sahabat bala tidar, saya langsung menuju kembali ke Jogja, dan karena dalam perjalanan lancar maka sampai di Jogja belum begitu malam, dan langsung saya menuju ke hotel adik kemudian mengajaknya keluar jalan-jalan ke Malioboro seperti yang adik minta dalam telponnya.
Seperti biasa karena di Jalan Malioboro hari sudah malam maka, banyak penjual souvenir yang sudah tutup jadi malam itu kami tak dapat membeli banyak oleh-oleh untuk sekedar cindera mata, dan seperti permintaan si adik, kita malam itu lansung mencari tempat makan.
Makan malam di Malioboro dengan Non, anak-anak serta keponakan-keponakan adalah saat yang sangat menyenangkan, bagi saya bukan makanan yang kita santap itu yang bikin suasana menyenangkan, tapi kebersamaan dengan seluruh keluaga dan keponakan itulah yang menjadi beda dengan makan yang lain, seperti kita sore tadi ketika ketika makan bersama dengan Bala Tidarm bukan makanannya tapi kebersamaan itu yang membuat pertemuan itu berkesan.
Selesai beberpa lama kita makan dan menikmati malam di Jalan Malioboro membuat badan ini terasa capai dan tak terasa malam sudah mencapai laritnya, maka setelah kita puas maka saya mengantar adik untuk pulang ke tempat mereka menginap dan saya meneruskan perjalan ke Magelang untuk pulang.
Pagi harinya sebelum saya berpamitan untuk pulang ke Surabaya saya menyempatkan untuk sarapan pagi di tempat yang selalu saya kunjungi bila kita di Magelang dan untuk sarapan pagi yaitu di warung soto MBAH MUL, yang berada di dekat lokasi Taman Kayai Langgeng.
Seperti biasa di warung soto in, kembali lidah saya dimanjakan dengan soto khas Magelangan yang selalu dan selalu menjadi kerinduan untuk selalu mencicipi soto yang segar dan gurih ini, makan soto dengan menggigit satau usus, ditambah gigitan tempe goreng, wah rasanya masih teringat terus.Selesai sarapan pagi saya terus pulang dan tidak lama kemudian sesampainya di rumah saya pamit pada bapak juga ibu untuk melanjutkan perjalanan dan selanjutnya pulang ke Surabaya.
Setengah siang setelah saya pamit dengan orang tuaku, saya dan rombongan melaju menuju ke candi Borobudur, karena siang itu rombongan anak saya sudah berada disana, dan sesampainya disana saya langsung ketemu dengan anak saya.
maksudnya sih gak ikut masuk kedalam komplek candi, tapi berhubung saya ingin men foto-foto anak saya, saya terpaksa sendiri masuk dan menemani si kecil, sementara non dan mbak nunggu di pintu keluar saja.
Didalam sebelum saya tiba di pelataran candi saya sempat menyaksikan 2 acara yang berbeda, yang satu acara seni patung, karena memang saya melihat orang yang diumuri sebangsa tanah basah atau dalam bahasa jawanya lendut.
Sudut lain dari sebuah bentuk berkesenian......
Sewaktu kecil kesenian kuda lumping [ jathilan ] sudah terbiasa saya saksikan, tapi ketika lama tak menemukan ini, dan bisa menyaksikan kembali kesenian ini tentu membawa kesan tersendiri, cantik dan menarik hati.
ini dulu saya menyebutnya dengan BARONGAN, meski seharusnya lengkap seperti bentuk naga, tapi ini hanya kepala yang berbentuk raksasa [ butho].
Inilah sebagian rombongan dari sekolah anak saya, dari SDN Kaliasin III-Surabaya.
Selesai menikmati yang sebenarnya enggak nikmat menurut saya, saya mengikuti rombongan meneruskan perjalanan ke Candi Prambanan, karena jarak Borobudur dengan Candi Prambanan lumayan jauh, maka saya putuskan untuk lebih dulu mendahului rombongan anak saya sebab saya ingin sampai di Prambanan lebih dulu dan saya dapat menikmati istirahata beberapa saat sebelum akhirnya nanti kita akan sama-sama pulang dari Prambanan.
Sampai di prambanan anak-anak sudah agak sore jadi pas betul udaranya tak begitu panas, apalagi sudah terasa mendung disana. sehingga anak-anak dan romobongan tidak terasa kepanasan selama menikmati keindahan Candi Hindu tertinggi di tanah Jawa ini.
Mengelilingi sebagian dari candi Prambanan tidaklah memakan waktu dan tenaga, sebab selain area candi yang tidak besar dibanding dengan Borobudur dan dalam cuaca yang mendung, sungguh bisa menikamti candi dengan tidak merasakan kepanasan.
Sungguh perjalanan mengikuti tour anak ini selain anak yang mendapatkan banyak pengalamam selama tour ini, saya, non dan mbak Ella juga mendapat hiburan yang menyenangkan, selain melihat kembali tempat-tempat wisata yang pernah saya kunjungi, juga beberapa tempat yang belum pernah saya kunjungi, tentu dengan suasana yang hangat dan menyenangkan.
Seperti tulisan yang ada dalam t-shirt saya : SANG PEMIMPI, inilah perjalanan seorang bapak dengan keluarga yang memimpikan suasana keakraban dan menyenangkan, seperti sebuah MIMPI yang indah setalah kita bangun dari tidur, semoga........!!!!!!
Seperti tulisan yang ada dalam t-shirt saya : SANG PEMIMPI, inilah perjalanan seorang bapak dengan keluarga yang memimpikan suasana keakraban dan menyenangkan, seperti sebuah MIMPI yang indah setalah kita bangun dari tidur, semoga........!!!!!!
6 komentar:
tentu saja hari itu merupakan hari-hari yang menyenangkan buat pak eko sekeluarga juga buat balatidar yang untuk pertama kalinya bertemu pak eko.
Sayang sekali saya "ketanggrok" jam jadi satpam. Padahal pengen banget bisa ketemu pak eko. pendekar tidar nomer #0.
wha.. keren gan.. komplit gambar.. :D
Wah seandainya lebih lama lagi di magelang tentu masih banyak kenyamanan2 lain yang kain daripada yang lain pak eko...
sayang kemarin kita gak ketemu ya, soale saya pertama datang dan pertama perginya :D:
saya cuman mau ucapin met kenal Pak Eko.....
sayang sekali, saya nggak bisa ketemuan ma pak eko, mungkin lain kali bisa nggih pak...
salam balatidar
Posting Komentar