Liburan akhir tahun biasanya saya gunakan untuk berlibur ke suatu tempat untuk sekedar melepaskan beban penat menjalani rutinitas kehidupan disini, namun libur panjang Desember 2008 berencana pulang mudik bersama keluarga, memang liburan panjang telah aku rencanakan jauh hari sebelumnya, selain liburan kali ini waktunya agak panjang, juga untuk menjemput adik saya yang paling kecil yang kebetulan juga pulang dari melaksanakan ibadah haji.
Rabu, 31 Desember 2008 saya dengan adik kebagian tugas menjemput pulang haji di Alun-alun tempat rombongan tiba dari Kota Solo, sambil menunggu kedatangan rombongan adik, saya sempatkan untuk melihat-lihat kembali atau lebih pas nya mengenang kembali tempat ini, dimana saya dulu saya bersama teman-teman sebaya bermain di hari Minggu untuk bermain sepak bola, atau kalau pas hari Raya tiba, aku dan adik-adik selalu diajak oleh kedua orang tua saya untuk nglencer, sekedar jajan atau naik becak keliling ALun-alun, kemudian beli mainan yang bisa diperoleh dengan memakai uang saku hari raya.
Di Alun-alun itu selain saya bisa menikmati lingkungan yang tidak banyak berubah itu, saya juga masih bisa menyaksikan trade mark nya kota Magelang yaitu Bangunan berbentuk tower yang digunakan untuk menampung air bagi tersedianya air bersih untuk Masyarakat kota ini.
Bangunan ini selain masih berdiri kokoh, ternyata DAM ( demikian saya dulu menyebutnya) saat itu tampak indah dengan di cat warna coklat susu, sungguh menggambarkan kemegahan bangunan peninggalan jaman Belanda yang kokoh tak termakan usia.
Selain bangunan DAM itu, ada satu bangunan satu lagi yang masih menyisakan kenangan saya secara mendalam, yaitu bangunan Patung Pangeran Diponegoro yang menunggang kuda.
Patung ini menempati sisi sebelah timur Alun-alun yang berseberangan jalan dengan bioskop Magelang Theater.
Mengapa patung ini mempunyai kenangan tersendiri dengan saya ? ah ternyata setelah saya memandangnya dari bawahnya dan melihat-lihat sekitar patung saya menjadi teringat ketika patung ini diresmikan oleh Bapak Walikota Magelang, dengan upacara yang sangat khidmat, dimana waktu itu aku masih duduk di bangku SMP menjadi bagian dari acara peresmian patung itu, yaitu dengan menjadi peserta obade ( menyanyi secara bersama dalam jumlah yang besar)yang saat itu diwakili oleh sekolah saya yaitu SMP Kanisius Pendowo Magelang, dimana sekolah kami selalu menjadi pengisi apabila di kotaku dilaksanakan upacara dengan suguhan menyanyi secara obade. Sungguh suatu kenangan yang tak dapat aku lupakan, apalagi tahun itu tahun 1977, ah sungguh jadul rasanya.
Berjalan mengelilingi Alun-alun membawa saya pada kenangan yang sungguh mebekas di hati, apalagi menikmati riuhnya percakapan orang-orang sekitar saya, menggunakan dialek khas orang Magelang, sungguh membikin hati ini rindu untuk berlama-lama disana.
Dikesempatan istirahat menunggu adik datang, tak ketinggalan aku dengan adik sempat menemukan tanaman/pohon yang mungkin hanya ada di kotaku, yaitu pohon ASEM LONDO, yaitu sejenis pohon yang tumbuh dan berbuah seperti petai tetapi lebih kecil dan masnis rasanya, pohon ini banyak terdapat di kota Magelang, salah satunya yang tumbuh di Alun-alun ini.
Buah ini semasa kecilku menjadi buah favorit anak-anak seusia saya, selain pohon ini berbuah lebat, buahnya juga kalau dimakan terasa manis, dan selalu menjadi rayahan (rebutan) anak-anak kalau buah ini jatuh dari pohonnya, sayapun sempat mengabadikan untuk kenangan saya, atau barangkali saudara-saudara teman pembaca yang berasal dari Magelang atau siapa saja yang pernah tahu dan mereka yang pernah merasakan manisnya ASEM LONDO ini.
angkringan Podo Mampir - tak sekedar angkringan
3 tahun yang lalu
15 komentar:
hihihi... kapan mudik lagi kang? jaag lupa bablas temanggung :D
mboh kapan mas, sing mesti, mgl-secang-temangung-parakan-wonosobo is my favorit city
yah.... telat!!!!
mas eko di magelang, pas aku di semarang....
sepakat mas... kita bikin milist. sampeyan ato aku yang akan bikin terserah...
aku akan coba untuk bikin klasifikasi pada halamn nge-link di blog-ku khusus list blogger magelangan.
wah aku jg paling seneng ma asem londo di deket jalanan menuju kyai sepanjang.
sik mas diresmikan tahun 95? perasaan patung itu sdh ada sejak jaman cilikanku, apa direnov lagi, maklum meninggalkan magelang sejak 93 gak tau lagi perkembangan detilnya
mbak e-mo : sorry aku panggil dikau dengan mas
mas ciwir : wis jenengan wae sing gawe ya ?
rumah lina : maaf tg 77, itu saya dapatkan dari prasasti yang ada dibawah patung itu, trima kasih koreksinya
Aku selalu teringat kesan Magelang sebagai kota yang bersih dan tenang. Tahu kupat pojok itu masih ada nggak mas? Enak lho... Di Surabaya nggak ada tahu kupat seperti itu?(adanya kan tahu campur atau tahu tek-tek)
Wah, kapan ya terakhir aku ke Magelang?
*ingat-ingat... udah lama ternyata*
mbak tanti, terima kasih udah mampir, tahu kupat pojok ? jelas masih ada dunk, lha wong itu trade mark nya orang magelang selain gethuk.
kalau di tempat kita ? tahu campur masih agak suka, kalau tek-tek wis jan matur nuwun liyone mawon
Benar2 sebuah perjalanan ke masa lalu, Kang.
Btw, kapan mampir Solo?
Mas Dony, iya mudik selalu menjadi kenangan tersendiri
ke Solo, lho kalau saya mudik dipastikan lewat Solo, dan terkahir saya mampir beli abon VARIA yang deket kraton.
ayo kapan jenengan ke Surabaya ?
kunjungan balik kang....makasih sudah mampir ke tempat saya.
saya pernah tinggal di magelang...di RSJ-nya hehehe nggak ding. Cuma pernah sekali-sekali jalan2 kesana aja. nyari gethuk batangan yang warnanya merah, coklat ,itu lho...
lebaran iki iso mulih magelang pora yo
@gerrilya: habis cari getuk, ayok kapan kita bisa kepethuk ? hahahaha
terima kasih kunjungannya.
@santoso: Insya Allah tiap lebaran saya pulang, jenegan pulang juga khan mas ?
Soal asem londo ini aku punya pengalaman unik, Kang. Waktu itu aku manjat pohon asem londo ini di pinggir jalan Bayeman, dekat Gereja Jawa. Tiba-tiba sebuah mobil sedan berhenti di bawah pohon dan keluarlah seorang lelaki berperawakan tegap agak gemuk yang serta merta menyuruhku turun. Bahaya bila jatuh, katanya. Aku pun menuruti kata-katanya dan buru-buru turun. Setelah bapak-bapak itu berlalu baru kusadari kalau beliau adalah pak Broto, walikota Magelang dulu. Wah, isin aku...
Mas, jenengan isih eling pora karo anak-e pak broto [sing lanang , kalau ndak salah pantarane Heru ]senenge dolanan bal-balan karo cah kampung.
Posting Komentar