1 Februari 2008

Sang Senopati

Sudah berbulan bulan saya menantikan sang Senopati ku ini maju berlaga di medan penuh siasat dan taktik untuk kemudian menang dan memimpin Bumi yang kupijak ini menjadi tata tentrem karto raharjo ( kalau tidak ingin dijadikan dirinya menjadi pemimpin yang merugi).
Hati ini rasanya masih miris, kacau tidak menentu, menunggu kelahiran Senopati ini, gimana ndak miris wong sahabat dan konco-konconya yang selama ini lahir dan membesarkan trah ini sebagian malah ada yang meninggalkan senopati ini, mereka seakan tinggal glanggang colong playu kalau disuruh menyatu dengan sang senopati, malah yang paling konyol (entah karena dapat apa) mereka meninggalkan senopati yang selama ini menjadi pemersatu jagat merah, yaitu jagadnya wong cilik.
Kita yang ada di tanah Mardiko ini seakan ditinggalkan, di ece-ece seolah sendirian berkawan dengan sahabat - kita yang masih setia pada sang senopati, namun selama itu pula di tanah mardiko para punggawa diatas kita, selalu meng uri-uri seluruh kecintaan, pengorbanan dan kesetiaan yang sudah membatu, untuk tidak luntur, walaupun bumi bergoyang malah tambah abang brengangah.
Alhasil.........
Beberapa hari yang lalu : sebuah serat electronik tertuju ke saya, mengabarkan tentang kemenangan yang sudah di gadang-gadang, sebagai penanda dimulainya perjuangan, dan jadi titik ukur bagi dimulainya perjuangan yang lebih besar, di tanah yang benar-benar ingin Mardiko, merdekanya wong cilik yang selama ini hasrat-hasratnya menjadi panah perjuangan.
Selamat sang SENOPATI...........
Sudah saatnya pejuang memimpin tanah yang ingin merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar