Ketika mengecek hasil pekerjaan di daerah ini untuk kesekian kalinya, terbesit untuk melihat satu makam yang ada di dekat dengan pekerjaanku itu, tempatnya ada di sebuah bukit, tempat ini memang sering aku lewati ketika aku harus memeriksa hasil pekerjaanku.
Meski sering aku lewati, selama itu pula aku selalu tak pernah berkesempatan mampir dan melihat satu makam diatas bukit yang oleh masyarakat sekitar, cukup dikenal yaitu makam Raden Supeno, beliau adalah anak dari Sunan Giri, dan benar ketika saya menuju ke atas dan harus menapaki jalan tanjakan yang cukup tinggi di atas, aku disuguhi suatu pemandangan yang tidak seperti yang aku bayangkan selama ini, ternyata disana terdapat satu lokasi bangunan situs yang diatasnya terdapat sebuah buah masjid dan disebelah baratnya terdapat satu buah cungkup makam dari Raden Supeno tersebut.
Setelah mengitari areal tersebut, aku tertarik untuk menyaksikan dua buah papan pengumuman yang menampilkan berbagai kegiatan dan lain-lain yang bberhubungan dengan situs tersebut, dan salah satunya adalah sebuah tulisan yang mencoba menerangkan sejarah dari tempat tersebut, dan inilah tulisan itu :
Secara administrative situs Giri Kedaton terletak di Dusun Kedaton, Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur.
Dalam Babad Gresik ( BHG ) disebutkan Rade Paku mendirikan “ Kedaton Tondo Pitu “ yaitu bangunan istana bertingkat tujuh diatas sebuah bukit yang dikenal bernama Giri Kedaton.
Peristiwa pembangunan kedaton ini diambil dengan Candra sangkala yang berbunyi “ Sumedya Resik Ker Wulu “ yaitu menunjukkan angka tahun 1408 Saka atau 1486 Masehi, sejak itu, Raden Paku bergelar Sunan Giri atau Rajah Bukit. Satu tahun kemudian Sunan Giri, diangkat menjadi Nata (Kepala Pemerintahan ) dengan gelar Prabu Samudra, dan sebagai Pandita (Pemimpin Umat Islam ) dengan gelar Tetanggul Khalifatul Mukminin. Pengangkatan Sunan Giri menjadi Nata dan Pandita ini ditandai dengan Candra Sangkala berbunyi Trusing Luhur Dadi Haji yang menunjukkan angka tahun 1400 Saka, 1437 Masehi.
Giri Kedaton berfungsi sebagai pusat pemerintahan maupun penyebaran agama Islam.
Para santri yang belajar berasal dari Jawa, Madura, Banjarmasin, Ternate, Tedore, Bima Hitu ( Philipina ) dan dari penjuru nusantara lainnya.
Sunan Giri wafat pada tahun 1438 Suku atau tahun 1506 Masehi, jasad beliau dimakamkan di bukit Giri Gajah yang terletak kurang lebih 500 meter disebelah barat dari situs Giri Kedaton.
Sepeninggal Sunan Giri, kedudukan beliau digantikan oleh keturunan / dinasti giri, antara lain :
1. Sunan Dalem , tahun 1505-1545 Masehi
2. Pangeran Sidomargi, tahun 1545 – 1548 Masehi
3. Sunan Prapen atau dikenal dengan nama Anumerta Sunan Prapen atau Sunan Mas Ratu Pratikel, tahun 1458 – 1605 Masehi, Sunan Prapen adalah Raja Giri yang paling besar setelah Sunan Giri.
4. Panembahan Guwa, tahun 1605 – 1616 Masehi
5. Panembahan Agung, tahun 1616 – 1636 Masehi
6. Panembahan Mas Witana
Pemerintahan Giri Kedaton mengalami kemunduran setelah mendapat serangan Amangkurat I dan II dari kerajaan Mataram di Jawa tengah yang berkoalisi dengan VOC, dan benar-benar runtuh pada bulan April tahun 1680 Masehi, setelah itu Giri Kedaton diperintah oleh orang-orang yang bukan keturunan / dinasti giri, tetapi orang-orang atas perintah Mataram antara lain :
1. Pangeran Puspa Ita, tahun 1660 Masehi
2. Pangeran Wira, tahun 1703 Masehi
3. Pangeran Singanegara, tahun 1703 – 1725 Masehi
4. Pangeran Singasari, tahun 1725 – 1743 Masehi
Kegiatan pelestarian dan konservasi situs Giri Kedaton dilakukan berdasarkan kerjasama Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan wilayah kerja Propinsi Jawa Timur dengan Dinas Pendidikan Nasional, Pemerintah Kabupaten Gresik, Tahap I – IV tahun anggaran 2002 – 2005. Dalam kegiatan inidilakukan pemetaan, eskavasi / pengupasan tanah, studi kelayakan pugar, studi teknis, pemugaran, konservasi dan penataan lingkungan.
Situs Giri Kedaton adalah sebuah bukit yang dibuat berteras-teras atau berundak-undak, semakin keatas semakin mengecil, untuk sementara ditemukan lima teras / undakan.
Antara teras yang satu dengan teras yang lainnya ditandai struktur dinding teras yang bentuknya seperti kaki dan tubuh candi. Kaki struktur polos, sedangkan tubuh struktur bermotif hias pelipit-pelipit datar, bingkai cermin dan bidang persegi panjang.
Secara arsitektural bangunan di situs Giri Kedaton ini bertipe bangunan teras berundak.
Arah hadap bangunan menghadap kearah Timur, ditandai pintu utama berada di sisi Timur.
Konsep bangunan ini merupakan kelanjutan tradisi masa sebelumnya, yaitu bangunan punden berundak masa pra sejarah dan bangunan candi Hindu-Budha di Indonesia.
Dibeberapa halaman dinding teras terdapat fasilitas bangunan antara lain :
1. Dihalaman dinding teras II utara terdapat struktur kolam wudlu utara.
2. Dihalaman dinding teras III timur terdapat struktur pelinggihan dan kolam wudlu selatan
Selain itu masih terdapat peninggalan lainnya, yaitu dihalaman lereng timur terdapat makam Mpu Supo, pembuat keris Kala Munyeng milik Sunan Giri. Dihalaman lereng barat,adalah cungkup dan makam Raden Supeno, putra Sunan Giri. Dibeberapa halaman teras terdapat kelompok makam kuno yang belum diketahui identitasnya.
angkringan Podo Mampir - tak sekedar angkringan
3 tahun yang lalu
4 komentar:
Wah, makasih infonya Mas. Kapan2 pengen ke sana juga. Dinasti Giri adalah salah satu dinasti Islam terdepan di masanya. Setahu saya, era Demak, Pajang hingga awal Mataram, penguasa yang ingin mengklaim sebagai Raja Jawa mesti mendapat restu dari Sunan Giri...
terima kasih kembali mbak Icha, silahkan jenengan dolan kesana, sekalian ziaroh ke Sunan Giri, dekat sekali.
thankz...
ngebantu bgt buat ngerjain tgz.
sama-sama mbak Meylin, semoga tugasnya akan bermanfaat
Posting Komentar